Trubus.id—Curah hujan yang tidak menentu, hama penyakit yang semakin banyak, dan minimnya ketersedian pupuk menjadi kendala para petani. Hal itu dialami petani Jawa Tengah seperti Blora, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Tuban dan Bojonegoro).
Permasalahan itu terungkap dalam kegiatan Diskusi Petani yang diadakan oleh kelompok tani di Desa Getas, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Turut hadir Dekan Fakutas Pertanian IPB University, Prof Suryo Wiyono sebagai narasumber.
Menurut Prof. Suryo Wiyono untuk memecahkan masalah itu teknologi Pertanian Biointensif Padi dapat menjadi salah satu solusi.
“Pertanian biointensif padi merupakan sistem produksi padi yang mengoptimalkan proses alami dan hayati untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan dengan komponen utama bio imunisasi tanaman, kecukupan bahan organik, optimalisasi pupuk kimia sintetik, dan tidak menggunakan pestisida,” tutur Prof.Suryo yang dikutip dari laman IPB.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa Pertanian Biointensif Padi telah dikembangkan IPB University dalam 10 tahun terakhir. Program itu telah diuji coba di berbagai daerah seperti di Jawa Barat (Karawang, Subang, Indramayu, dan Tegal) dan Jawa Timur (Bojonegoro dan Gresik).
Hasilnya meningkatkan produksi hingga 25 persen, menurunkan penggunaan pupuk sintetik, dan menurunkan hama penyakit secara drastis.
“Untuk pertanian yang cenderung kurang air, teknologi Padi Gaga (Gogo) lebih cocok diterapkan. IPB University telah menghasilkan varietas padi gogo IPB 9G dan IPB 10G yang toleran kering. Padi IPB 9G sekarang digunakan petani mitra Fakultas Pertanian IPB University seluas 21 hektare (ha) yang tersebar di Pati, Blora, Bojonegoro, Gunung Kidul dan Bantul,” tutur guru besar Ilmu Proteksi Tanaman itu.
Bupati Blora H Arief Rohman menuturkan bahwa, “Seluruh petani perlu menerapkan teknologi yang cocok dan modern untuk mengatasi berbagai permasalahan pertanian. Diharapkan IPB University dapat membuat demplot ukuran besar (dem-farm), untuk menyebarluaskan berbagai teknologi yang dimiliki,” ujarnya.
Petani di Kecamatan Cepu, Siti Nurkhotimah, menuturkan “Kegiatan ini ditujukan sebagai tempat belajar para petani, sehingga petani mendapat ide dan juga ilmu baru yang bisa diterapkan di daerah Kecamatan Cepu dan sekitarnya.”