Trubus.id—Pulau Flores salah satu daerah yang mengembangkan tanaman sorgum Sorgum bicolor. Meski secara alami memiliki tanah gersang dan beriklim kering terutama di bagian timur, sorgum dapat tumbuh baik di Flores.
Menurut Rony Megawanto dari Yayasan Kehati, menuturkan budidaya sorgum relatif murah, tidak perlu input tambahan pupuk dan pestisida kimia. Selain itu panen 2—3 kali dan tanaman serbaguna.
“Sorgum memiliki akar budaya yang kuat dan dijuluki sebagai superfood,” tutur Megawanto pada Webinar Teras-TP #2 Selasa, 02 April 2024 mengenai “Potensi Pengembangan Produk Berbasis Sorgum Mendukung Diversifikasi Pangan dan Pengembangan Sorgum Berbasis Masyarakat di Wilayah Flores”.
Sorgum memang berpotensi mendukung ketahanan pangan nasional. Menurut Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, BRIN Puji Lestari sorgum dapat berpotensi menjadi pangan alternatif dan mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga produksi tanaman pangan utama.
“Strategi promosi beragam jenis makanan atau produk pangan diperlukan untuk menciptakan sistem pangan lebih tahan terhadap perubahan eksternal dan cara penanganan risiko menjadi penting. Melalui diversifikasi ini menjadi peluang produk pangan alternatif, tahan lama, ramah lingkungan dan menarik konsumen,” tutur Puji di lansir pada laman BRIN.
Puji menuturkan sorgum menjadi kandidat yang menjanjikan tidak hanya untuk riset inovasi tetapi juga bagi masyarakat terutama di Flores. Dengan demikian, terbuka peluang untuk wilayah lain yang kondisinya agroekologinya relatif sama.
Berdasarkan hal tersebut, sorgum biji sebagai bahan baku pangan diharapkan dapat berkelanjutan, sehingga menjadi pertimbangan alternatif pangan ke depan.
Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan, BRIN, Suarni menjelaskan potensi pengembangan produk berbasis sorgum mendukung diversifikasi ketahanan pangan.
Lebih lanjut ia menuturkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia adalah perubahan iklim yang tidak menentu. Berpengaruh terhadap fluktuasi harga pangan di era gempuran impor seperti gandum dan beras.
Kelebihan sorgum sebagai bahan substitusi terigu, bebas gluten, sangat baik untuk penderita penyakit autoimun gluten, dan intoleransi gluten.
Selain itu sorgum kaya gizi dengan protein, vitamin dan mineral, tinggi serat, baik untuk pencernaan memiliki anti aktivitas antioksidan. Sorgum tidak hanya dapat menjadi diversifikasi tetapi juga pangan fungsional.
Suarni, menambahkan berdasarkan kandungan amilosa, varietas sorgum dikelompokkan kelompok dengan kandungan amilosa sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi.
Sorgum dengan kadar tannin tinggi, berpengaruh terhadap rasa olahan dan bersifat antinutrisi, namun kadar tannin rendah tidak berpengaruh terhadap rasa olahan dan bersifat antioksidan. Oleh sebab itu sorgum harus melalui proses pengelolaan sesuai manfaatnya.
“Tim Riset BRIN sedang meneliti terkait tepung sorgum agar dapat 100 % untuk menghasilkan nutrisi tinggi: kaya akan serat, vitamin B, mineral, dan antioksidan serta Gluten free (tanpa menambah sereal lainnya). Kita akan patenkan produk ini karena kita mampu menggunakan tepung sorgum 100 % (memiliki antioksidan lebih tinggi) dan alat pengolahannya bisa dikembangkan,” tutur Suarni.