Trubus.id — Semakin ke sini, perkembangan kendaraan listrik di Indonesia kian banyak peminatnya. Hal ini karena kendaraan listrik dinilai mampu menghadirkan pengalaman baru dalam berkendara.
Ditambah lagi dengan peran riset memicu lahirnya beragam variasi, fitur yang mendukung kesempurnaan kendaraan listrik. Selain itu, kendaraan listrik dikenal sebagai kendaraan ramah lingkungan masa depan. Energi listrik yang diubah menjadi tenaga atau daya tidak menghasilkan sisa residu atau emisi.
Aam Muharam, Kepala Pusat Riset Teknologi Transportasi, BRIN, mengatakan, saat ini, kebijakan di BRIN adalah penguasaan teknologi kunci kendaraan listrik, serta tren kendaraan otonom.
Aam menuturkan, perkembangan kendaraan listrik saat ini merupakan efek dari kebijakan pemerintah. Pasokan energi listrik nasional yang surplus, pembangunan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) yang terus didorong, bahkan hadirnya infrastruktur pengisian listrik di SPBU Pertamina menjadi bukti kesiapan pemerintah.
“Di sisi lain, pabrikan juga mulai gencar, sehingga banyak pilihan bagi masyarakat,” kata Aam.
Menurutnya, kendaraan listrik saat ini menawarkan banyak manfaat dan pengalaman baru. Dari sisi kelestarian lingkungan, perhatian pemerintah adalah gas buang moda transportasi. Sebanyak 26 persen emisi GRK nasional disumbang oleh transportasi.
Kendaraan listrik tentunya dapat berperan untuk mengurangi emisi tersebut. Sensasi lainya adalah kendaraan listrik minim bising, walupun sudah ditanamkan suara buatan untuk faktor keselamatan. Hal lainnya adalah lebih hemat karena adanya skema pajak kendaraan listrik yang menguntungkan saat ini.
Perihal suku cadang dan komponen penyusunnya, Aam menyampaikan bahwa komponen inti kendaraan listrik adalah baterai (termasuk sistem pengisian daya) dan motor penggerak. Baterai sudah digarap oleh konsorsium BUMN, artinya sudah dipersiapkan.
“Kita kaya dengan bahan baku pembuatan baterai. Produksi motor penggerak sudah bisa ditemukan pada mitra-mitra industri lokal atau nasional. Mitra industri juga bekerja sama dengan kami, karena BRIN didorong untuk kolaborasi. Sementara onderdil lainnya sama seperti kendaraan biasa,” jelas Aam seperti dikutip dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Lebih lanjut, menurut Aam, harga kendaraan listrik saat ini memang sebanding dengan fiturnya. Alasan yang membuat harganya relatif lebih mahal karena teknologi baterai yang belum ekonomis. Namun, teknologi baterai ini akan berkembang semakin jauh. Diharapkan harganya bisa ditekan karena lokal materialnya lebih tinggi.
Jika melihat harga, dari sisi investasi atau pembelian memang lebih mahal. Namun, dari sisi operasional lebih hemat karena tidak ada penggunaan pelumas seperti kendaraan konvensional, begitupun dengan bahan bakar.
Aam menekankan fokus riset kendaraan listrik BRIN saat ini adalah penguasaan teknologi kunci. Teknologi kunci kendaraan listrik akan menjadi modal dalam pengembangan berbagai jenis kendaraan listrik mulai dari darat hingga perairan, menjadi solusi tantangan pengisian daya dan keterbatasan medan jalan, serta membuka peluang lahirnya pasar.
Dari sisi peluang bisnis jelas sangat terbuka karena kendaraan listrik adalah hal yang baru di Indonesia. Pengembangan teknologi akan menjadi kunci karena terbukti menelurkan industri baru di luar otomotif, seperti baterai, inverter, bahkan bengkel konversi termasuk layanan servis, serta skema waralaba SPKLU.
Pengalaman bermobilisasi baru serta peluang bisnis ini, ditambah dengan kesiapan riset dan inovasi, semakin mengangkat tren kendaraan listrik yang semakin dilirik oleh publik di Indonesia.