Strategi mengundang walet ke rumah yang dihuni kelelawar.
Cericit burung walet kini ramai terdengar di rumah walet milik Lucky Budiman—yang bersangkutan enggan disebut namanya—di Kota Bogor, Jawa Barat. Ratusan Collocalia fuciphaga tampak terbang hilir-mudik memasuki rumah walet 3 lantai itu. “Kini sudah ada sekitar 300-an burung walet yang bersarang,” ujar Lucky. Rumah walet milik Lucky sebetulnya bukan rumah walet baru.
“Saya membangunnya pada 1986,” ujarnya. Namun, sejak dibangun rumah itu belum pernah sekali pun menghasilkan sarang walet. “Dahulu belum ada teknologi memikat burung walet agar mau bersarang di rumah walet,” tutur pria paruh baya itu. Rumah walet itu malah menjadi rumah yang nyaman bagi kelelawar.
Sumber guano
Posisi rumah walet itu berada di dalam area kebun. Di sana tumbuh aneka jenis tanaman buah. Menurut Lucky kelelawar paling suka memakan buah sawo-sawoan. Pohon anggota famili Ebenaceae itu berbuah tak kenal musim. Makin lama populasi satu-satunya mamalia terbang itu semakin banyak. Lucky akhirnya pasrah dan membiarkan hewan anggota famili Pteropodidae itu untuk bersarang.
Pada Juni 2014 Lucky kedatangan Albertus Hendry Mulia, pengusaha burung walet asal Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Saat berkunjung ke kebun Lucky, Hendry heran karena dari rumah walet itu bukan suara si liur emas yang terdengar, melainkan suara codot alias kelelawar. Hendry pun tertarik untuk mengamati bagian dalam rumah walet itu. Untuk memasuki rumah walet Hendry harus merangkak karena pintu masuk rumah walet itu hanya berukuran sekitar 40 cm x 30 cm.
Pintu masuk sengaja dibuat kecil untuk menghindari pencuri masuk mencuri sarang. Begitu memasuki rumah walet tampak ribuan kelelawar memenuhi rumah walet Lucky. “Kalau mau mendatangkan burung walet, kelelawar harus diusir dahulu,” ujar Hendry. Ia menuturkan kelelawar dapat menjadi pemangsa walet.
Pengasapan
Berbagai upaya pun dilakukan Lucky untuk menghalau hewan pemakan buah-buahan itu. “Saya pernah mencoba mengusirnya dengan melakukan pengasapan,” kata Lucky. Ia membakar serasah daun di dalam rumah walet.
Namun, cara itu hanya mampu mengusir kelelawar ke luar rumah walet. Begitu asap mereda, mereka pun kembali menetap di dalam rumah walet. “Cara yang paling efektif adalah menembaki kelelawar itu setiap hari,” ujar Lucky.
Namun, upaya itu hanya dilakukan jika di rumah walet belum ada yang burung yang menetap. Hendry juga menyarankan agar memperbesar ukuran lubang antarruang (LAR) yang menghubungkan roofing area (tempat bermain, red) dengan nesting room atau ruang tempat burung walet membuat sarang.
Sebelumnya ukuran LAR hanya 15 cm x 40 cm. Hendry menduga ukuran LAR yang kecil karena meniru habitat asli burung walet di dalam gua. “Tapi yang harus diingat bahwa populasi burung walet di sekitar Bogor adalah burung walet dari rumah-rumah burung walet lain atau dari lingkungan yang berbeda dengan di habitat asli,” papar pria yang juga beternak lebah tanpa sengat Heterotrigona itama itu.
Itulah sebabnya Hendry membongkar LAR menjadi berukuran 2 m x 2 m. Hendry juga mengaktifkan kembali alat pemutar suara walet yang rusak dan menambah jumlah tweeter. Di rumah walet 3 lantai itu ia memasang 30 tweeter di setiap lantai. Ia juga memasang masing-masing sebuah tweeter di bagian kanan dan kiri LAR. “Dengan begitu burung walet yang sudah masuk ke roofing area bisa tertarik masuk ke nesting room,” tutur Hendry.
Burung hantu
Untuk memudahkan burung walet yang datang hinggap lalu membuat sarang, ia juga memasang lempengan-lempengan styrofoam berukuran 2 cm X 7 cm pada bagian sirip dan dinding rumah walet di nesting room. Di rumah walet milik Lucky terlalu banyak lubang ventilasi yang ukurannya memungkinkan kelelawar untuk masuk. “Ruang ventilasi di sana juga cukup untuk masuk burung hantu,” kata Hendry.
Lucky menuturkan burung hantu memangsa dan membantu menghalau kelelawar. Namun, burung hantu juga memangsa burung walet sehingga kehadirannya justru merugikan. Oleh sebab itu untuk mengatasinya Hendry menutup sebagian lubang ventilasi dan menutup lubang yang tersisa dengan kawat kasa.
Dengan berbagai upaya itu hanya dalam setahun sekitar 300 burung walet mulai menetap di dalam rumah walet milik Lucky. Hendry menuturkan jika ada 100 burung walet menetap di rumah walet di Pulau Jawa itu sudah bagus. Harap mafhum, populasi hewan anggota famili Apodidae itu di Pulau Jawa terus menurun.
“Apalagi Kota Bogor bukan sentra burung walet,” ujar Hendry. Ia menduga kondisi lingkungan sekitar rumah walet yang dikelilingi pepohonan membuat iklim mikro rumah walet disukai burung walet. Namun, beberapa pohon yang tinggi menutupi lubang masuk burung walet. “Jika ingin walet tetap bertahan, kini tinggal ketekunan untuk merawatnya,” ujar Hendry. (Imam Wiguna)