Friday, April 19, 2024

Taman Mewah Kota Kembang

Rekomendasi
- Advertisement -
Kehadiran taman vertikal untuk menciptakan habitat alami yang dapat mengundang kupu-kupu
Kehadiran taman vertikal untuk menciptakan habitat alami yang dapat mengundang kupu-kupu

Taman vertikal menjadi daya tarik kawasan Hotel Trans Luxury  dan  Mal Trans Studio.

“Menurut saya ini taman vertikal terbaik di tanahair yang pernah saya lihat. Bahkan, lebih bagus daripada Thailand,” ujar Iwan Irawan, konsultan taman di Kota Bandung, Jawa Barat, saat mendampingi Trubus berkunjung ke kawasan Hotel Trans Luxury dan Mal Trans Studio Bandung. Sanjungan Iwan itu langsung terlontar saat menyaksikan pemandangan asri yang  tersaji saat memasuki gerbang kawasan wisata itu.

Di tepi jalan masuk tampak taman vertikal sepanjang 30 m dan tinggi 3 m. Uniknya, taman vertikal itu berpadu dengan taman di permukaan tanah. Pada taman vertikal itu terdapat ruang kosong sehingga dinding tampak seperti deretan gapura. Kekosongan itu diisi dengan taman mungil di permukaan tanah. “Pemandangan seperti ini seperti taman di luar negeri,” ujar seorang pengunjung, Fitri Permatasari. Suasana asri semakin terasa dengan hadirnya air mancur di bagian tengah.

Kupu-kupu berdatangan

Taman dinding utama itu menjadi pusat perhatian setiap pengunjung yang datang ke kawasan itu. Selain konsepnya yang unik, penampilan taman tampak apik dengan perpaduan warna hijau, merah, merah muda, jingga, dan ungu sehingga tampak semarak. Aneka warna itu hadir dari aneka jenis tanaman yang digunakan seperti bromeliad, syngonium, dan philodendron. Perancang juga menyelipkan beberapa ipomoea di beberapa bagian untuk mempercantik warna taman.

Namun, menurut Iwan tanaman merambat seperti ipomoea sulit dirawat. “Bila dipangkas sulurnya menjadi kurang indah,” ujar pria yang juga aktivis lingkungan itu. Untuk warna mencolok seperti ungu sang perancang menggunakan tradescantia. Ia juga menggunakan aphelandra merah dan kuning. Selain menambah kesan atraktif, tanaman itu juga mampu mengundang kupu-kupu berdatangan. Warna hijau pada taman dinding juga tidak tampak monoton. Sebab perancang menggunakan platycerium, asparagus, dan aphelandra yang memunculkan gradasi warna hijau.

Taman dinding di Mal Trans Studio juga terdapat di salah satu bagian dinding gedung yang tingginya mencapai 10 m. Taman dinding itu tampak seperti bingkai dari deretan ruang pamer beberapa gerai toko di bagian sisi gedung itu. Namun, pada taman dinding itu perancang mengombinasikan dengan tanaman plastik, terutama pada bagian taman dinding paling atas.

“Tujuannya untuk mempermudah perawatan. Sebab cukup sulit merawat taman dinding di ketinggian 10 m. Apalagi taman itu menghampar di bagian atas ruang pamer beberapa toko,” ujar Ade Dadang Rukmana, pengurus kebun di Mal Trans Studio. Sebanyak 10 taman vertikal berukuran mungil juga tersebar di beberapa titik di kawasan mal dan arena bermain Trans Studio. Pengelola gedung juga menyediakan beberapa bangku di dekat taman dinding sehingga para pengunjung dapat bersantai sejenak usai lelah menyusuri kawasan wisata.

Taman di Mal Trans Studio itu menggunakan 2 metode pembuatan taman dinding. Untuk taman vertikal utama di gerbang dan di dinding gedung menggunakan teknik kantong pada 2 helai kain geotekstil setebal 6 mm. Kain geotekstil tahan lama sehingga kerap digunakan sebagai alas galian tanah untuk pembangunan jalan. Geotekstil juga tidak terlalu banyak menyimpan air sehingga air penyiraman tidak merembes dan merusak dinding.  Kain geotekstil itu dibentangkan pada rangka baja. Tanaman dan media tanam berupa serbuk sabut kelapa lalu disematkan pada kantong yang dibuat pada kain geotekstil.

Sensor kelembapan

Menurut Ade Dadang Rukmana penyiraman taman dinding geotekstil berlangsung otomatis karena dilengkapi sensor kelembapan media tanam. Jika kelembapan media tanam kurang dan cenderung kering, maka pompa air mengalirkan air dan nutrisi melalui pipa-pipa yang terpasang di bagian atas taman dinding. Dari pipa itu air merembes pada setiap kantong sehingga tanaman tetap segar dan tumbuh subur. Penyiraman biasanya berlangsung 2 kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan 16.00.

Meski penyiraman otomatis, pengelola Hotel Trans Luxury tetap mempekerjakan 7 orang tenaga khusus untuk perawatan. Mereka bertugas menyeleksi tanaman yang menguning atau kering untuk segera dipotong.  Sementara taman vertikal berukuran kecil menggunakan teknik pot gantung. Seluruh tanaman ditanam dalam pot, lalu digantungkan pada kerangka besi dengan jarak rapat. Media tanam berupa campuran tanah, sekam, dan serbuk sabut kelapa.

“Teknik itu mempermudah penggantian jika ada tanaman yang mati,” ujar Iwan. Untuk perawatan, Ade menyiram taman secara manual dengan langsung menyiramnya menggunakan selang. Menurut anggota staf hubungan publik Hotel Trans Luxury, Winda Yuliani, pembuatan taman dinding itu untuk menciptakan habitat alami yang dapat mengundang kupu-kupu. Serangga itu memang menjadi ikon kawasan wisata yang dibangun pada 2011. Itu terlihat pada logo Trans Studio dan di langit-langit air terjun hotel.

Menurut Iwan untuk membuat taman vertikal seluas dan semewah itu perlu biaya besar, setidaknya ratusan hingga miliaran rupiah. Belum lagi biaya perawatan yang sangat intensif. Namun, apalah artinya rupiah jika kehadiran taman vertikal itu mampu memuaskan pengunjung. Dengan kenyamanan seperti, maka semakin banyak pengunjung yang berduyun-duyun ke kawasan Hotel Trans Luxury, Mal Trans, dan Trans Studio Bandung. (Rizky Fadhilah)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kunci Memilih Pupuk Agar Tanaman Sehat Hasil Panen Optimal

Trubus.id—Pemupukan salah satu kunci kesuburan tanaman. Pupuk ibarat nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan produksi. Sejatinya terdapat...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img