Trubus.is – Usup Supriatna, pembudidaya bandeng asal Desa Pisangsambo, Karawang, Jawa Barat, berhasil meraih laba Rp30 juta dari tambak bandeng seluas 5 hektare. Ia memanen 2,5 ton bandeng berukuran besar, hasil pemeliharaan selama 7–9 bulan.
Bandeng milik Usup dijual seharga Rp18.000 per kilogram pada Januari 2015, menghasilkan omzet Rp45 juta. Dengan biaya produksi sebesar Rp15 juta, ia mencatatkan laba yang sangat menguntungkan.
Kunci keberhasilan Usup terletak pada efisiensi pakan yang menyumbang 60% dari biaya produksi. Ia tidak hanya mengandalkan pelet, tetapi juga memanfaatkan klekap dan rumput laut sebagai pakan alami.
Klekap terdiri dari campuran ganggang, bakteri, protozoa, dan udang renik, yang berfungsi sebagai pakan alami bandeng. Selain itu, Usup menerapkan sistem polikultur dengan menanam rumput laut Gracillaria sp. di tambak yang sama.
Ia menebar benih bandeng terlebih dahulu, lalu satu bulan kemudian menebar benih rumput laut. Setiap hektare tambak ditanami 2.000 nener dan 2 ton rumput laut.
Menariknya, rumput laut justru dipanen lebih dulu, lima bulan setelah ditebar, sedangkan bandeng panen setelah 7–9 bulan. Selama menunggu panen bandeng, Usup bisa memanen rumput laut setiap dua bulan.
Dengan sistem polikultur ini, Usup memperoleh dua sumber pendapatan dari satu lahan. Selain itu, rumput laut membantu menjaga keseimbangan ekosistem tambak dan menstabilkan pakan alami bandeng.
Model budidaya ini terbukti lebih hemat dan menguntungkan dibanding monokultur. Usup menjadi contoh sukses penerapan budidaya terpadu berbasis efisiensi dan ketahanan pangan.