Lophophora mutasi langka nan memesona.
Tanaman peyote dalam pot keramik itu memiliki dua kepala yang saling berimpitan. Setiap kepala berbentuk bulat berdiameter 9 cm. Lekukan atau ribs tubuh Lophophora williamsii—begitu nama ilmiah tanaman itu—tersusun rapi. Andre Atmadja mendatangkan kaktus eksotis itu dari Jepang pada 2017.
Sejatinya asal peyote dari lembah Rio Grande, Texas, Amerika Serikat dan Luis Potosi, Meksiko Dalam bahasa Astek kata peyotl bermakna berkilauan. Masyarakat Indian mengunyah potongan batang peyote yang kering sebagai obat dan dalam ritual keagamaan. Pehobi di Surabaya, Jawa Timur, Andre menuturkan penampilan tanaman kian aduhai saat memasuki masa generatif. Bunga berwarna merah jambu. “Amat kontras dengan tubuh kaktus yang berwarna kebiruan,” ujarnya.
Terancam punah
Andre juga mengoleksi varian williamsii lain yang berkepala dua yakni L. williamsii var. texana. Tanaman tumbuh di pot keramik putih itu berwarna kebiruan dan memiliki dua kepala yang saling menempel. Setiap kepala berbentuk bulat dengan lekukan yang tegas. Jumlah lekukan masing-masing kepala 7 dan 9 ribs. Di setiap lekukan muncul kuncup-kuncup bulu berwarna putih yang lebat.
Pola susunan bulunya membujur dari pangkal ke ujung tanaman. Keberadaan texana masih langka di tanah air. Adapula L. williamsii var. fricii dan L. williamsii var. fricii cv. yatagai yang eksklusif. Fricii tampil cantik karena berselimut warna variegata. Warna kuning tampak menyembul di beberapa titik. Yang menarik, fricii belang itu memiliki lekukan beralur zigzag.
“Oleh karena itu, sosok tanaman makin unik,” kata Andre. Tanaman berumur 15 tahun itu berdiameter 10 cm. Jenis yatagai juga nyentrik sebab mempunyai lekukan serupa simpul tali di sekujur tubuhnya yang kebiruan. Lantaran keistimewaan itu pantas saja fricii dan yatagai bernilai puluhan juta rupiah. Menurut International Union for Conservation of Nature’s Red List kaktus L. williamsii merupakan spesies vulnerable alias rentan musnah.
Sementara Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) menggolongkan williamsii pada kategori apendiks 2. Artinya populasi tanaman relatif aman, tetapi bisa terancam punah bila perdagangan dilakukan terus-menerus tanpa adanya pengaturan.
Jenis endemik
Di kediamannya, Andre juga mengoleksi lophophora lain yang istimewa. Sebut saja L. diffusa yang berumur 20 tahun. Diffusa artinya menyebar. Oleh karena itu, tanaman memiliki banyak kepala yang tumbuh menyebar ke segala arah. Terhitung ada 11 kepala yang muncul membentuk klaster nan indah pada diffusa milik Andre. Setiap kepala memiliki bulu-bulu halus berwarna putih. Diffusa jenis lophophora endemik di Queretaro, Meksiko.
Di alam tanaman sering ditemukan di bawah kanopi semak-semak liar berketinggian 1.300—1.800 meter di atas permukaan laut (m dpl). Keindahan kian bertambah saat tanaman berbunga. Kuntum bunga berwarna putih keluar di titik tumbuh. Diameter bunga 1,5—3 cm. Kaktus lambat tumbuh itu menyukai tanah-tanah dalam, berkapur, dan gersang. Oleh karena itu, Andre hanya sesekali menyiram tanaman. Penyiraman terlalu sering memicu kebusukan.
Sosok L. jourdaniana juga elok meski bertubuh mungil. Tanaman berumur 4 tahun itu memiliki 3 kepala berdiameter masing-masing 3,5 cm. Setiap kepala menghadap ke arah berbeda yakni kanan, kiri, dan atas. Jourdaniana bertubuh hijau dan terbagi menjadi 5—9 lekukan. Tanaman memiliki bulu berwarna abu-abu dan berbunga merah muda. Jourdiniana termasuk kaktus yang mudah diperbanyak dengan cara sambung. (Andari Titisari)