Trubus.id— Sampah plastik mengancam kesehatan dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik jika dibakar secara terbuka menyebabkan polusi udara yang dapat menimbulkan penyakit kanker.
Mikroplastik dan nanoplastik bahkan sudah mencemari berbagai ekosistem, bahkan sudah dapat ditemukan di dalam darah manusia yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan struk.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia tahun 2023, terjadi peningkatan timbunan sampah sebesar 20% di bulan Ramadan. Komposisi sampah tertinggi di Indonesia didominasi oleh sampah organik berupa sisa makanan, yaitu mencapai 41,2% dan diikuti oleh sampah plastik 18,2%.
Sementara sampah rumah tangga jumlah sampah nasional terbesar menyumbang hingga 39,2%. Akibat sampah itu, pada dosis yang lebih besar, dapat mengakibatkan sakit kulit yang serius yang disebut chloracne.
Selain itu, sampah plastik juga dapat mencemari air dan tanah, mengganggu rantai makanan dan ekosistem. Dalam jumlah tertentu, sampah plastik dapat menyumbat saluran atau sungai yang dapat mengakibatkan banjir.
Salah satu aksi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut yaitu dengan menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Gaya hidup tersebut mengacu pada pola hidup yang mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Hal itu untuk mendukung kesejahteraan jangka panjang agar lingkungan juga dapat dihuni oleh generasi mendatang.
Gaya hidup berkelanjutan penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari karena memiliki berbagai manfaat, antara lain berkontribusi besar dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Peningkatan kualitas udara dan air, pengurangan emisi gas rumah kaca, pemberdayaan ekonomi lokal, dan peningkatan kesehatan individu.
Oleh karenanya, organisasi yang tergabung dalam Klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi (KFLHK) menginisiasi gerakan bertajuk Green Ramadan.
GreenRamadan merupakan sebuah gerakan bersama untuk mengajak masyarakat berpartisipasi aktif menerapkan gaya hidup berkelanjutan selama bulan Ramadan untuk mewujudkan lingkungan lestari dan berkelanjutan.
Tujuan utama gerakan Green Ramadan yaitu mengajak masyarakat agar menerapkan gaya hidup berkelanjutan untuk mewujudkan lingkungan lestari dan berkelanjutan.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation yang juga sebagai Ketua KFLHK, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa gerakan Green Ramadan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) dan pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitar mereka.
“Kami akan terus mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Harapannya, melalui gerakan ini, kita dapat mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals”, ujar Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.
Gusman Yahya, Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia menuturkan, “Gotong royong antar pegiat filantropi harus kita perkuat dan tingkatkan untuk menjangkau masyarakat lebih luas serta berdampak dalam menerapkan gaya hidup berkelanjutan. #GreenRamadan2024 KFLHK menunjukkan contoh kolaborasi multi-pihak yang efektif dengan memanfaatkan potensi program yang telah ada dan diperkuat melalui koordinasi yang erat dengan anggota KFLHK lainnya.”
Arif Rahmadi Haryono selaku General Manager Dompet Dhuafa menuturkan di Bulan Ramadan ini pihaknya berkomitmen mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai.
Caranya dengan berbagi eco takjil yang menggunakan kemasan ramah lingkungan sebanyak 3.150 paket di 24 wilayah. Selain itu juga memperkuat dan melakukan pendampingan kepada para UMKM yang berjualan eco takjil.
Rangkaian kegiatan Green Ramadan 2024 yaitu instagram live series, kompetisi foto, webinar nasional, dan konten edukasi tentang pentingnya menerapkan gaya hidup berkelanjutan di Instagram serta sedekah pohon dan eco takjil.
Rangkaian kegiatan itu dilakukan lebih kurang selama 30 hari, pada periode 10 Maret 2024 hingga 10 April 2024. Organisasi KFLHK yang terlibat dalam gerakan ini yaitu Perhimpunan Filantropi Indonesia, Dompet Dhuafa, Belantara Foundation, Lindungi Hutan, IDFOS Indonesia, CIS Timor, ESWKA Foundation, Greeneration Foundation, dan Communication for Change.