Thursday, April 18, 2024

Albino Biru dan Kamfa Kampiun

Rekomendasi
- Advertisement -
Gupi jenis topaz blue bicolor meraih juara adika atau grand champion.

Rahasia perawatan para jawara kontes gupi di Yogyakarta dan kontes louhan.

Panitia bekerja ekstra sebab peserta membeludak hingga 800 ekor.

Trubus — Lima juri beradu argumen dalam penentuan ikan juara adika atau grand champion (GC) kontes nasional di Yogyakarta. Dua ikan gupi jenis topaz blue bicolor dan yellow cobra memiliki penilaian sama baik dan sesuai standar ikan juara. Hasil pemungutan suara, tiga juri memilih topaz blue bicolor sebagai juara adika, sedangkan yang memilih yellow cobra hanya dua juri. Menurut juri asal Yogyakarta, Rularto Alkhalifi, sosok topaz sempurna.

Gupi jenis ikan hias yang menonjolkan ekor. Makin baik ekor maka penilaian kian optimal. Arul, panggilan Rularto Alkhalifi, mengatakan bahwa ikan pesaing tidak kalah bagus. “Bahkan, perawatan yelllow cobra lebih sulit,” katanya. Namun, saat kontes topaz lebih banyak mencuri perhatian dewan juri. Pemilik gupi topaz Achmad Fauzi Irvanto intens merawat klangenannya. Menurut pehobi asal Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, itu memperhatikan air dan pakan.

Air dan pakan

Fauzi mengatakan, “Air wajib pakai filter agar tidak mudah kotor.” Ia membatasi 2—4 ekor per akuarium berukuran 50 cm x 20 cm x 30 cm. “Jika terlalu banyak ikan akan berebut pakan, sehingga pertumbuhannya kurang optimal,” kata Fauzi. Pehobi gupi sejak 2018 itu menuturkan, populasi terlalu banyak dalam akuarium juga berpotensi menyebabkan ekor robek karena bermain atau bertengkar.

Menurut Fauzi pakan tepat gupi adalah artemia. Pakan itu memiliki beragam keunggulan antara lain bersih dan mengandung nutrisi berupa protein dan karbohidrat proporsional untuk gupi. Fauzi memberikan pakan 2—3 kali sehari pada pukul 06.00, 15.00, dan pukul 19.00. Pemberian pakan sedikit demi sedikit berulang hingga ikan kenyang. Pemberian pakan dalam jumlah banyak sekaligus menyebabkan pakan tersisa.

Louhan juara milik Hendrik Salim (Dok. Dedy Kosasih)

Imbasnya air cepat kotor dan pakan banyak terbuang. Hal lain yang menunjang penampilan ikan  Poecilia reticulata adalah air. Fauzi mengganti 30% air kemudian menambahkan air baru. Jadwalnya 2—3 kali sepekan tergantung kualitas air. Selain pakan dan air, genetik unggul juga memengaruhi penampilan ikan anggota famili Poeciliidae itu. Induk betina itu itu kerap menjadi juara saat kontes latihan bersama.

Menurut ketua panitia kontes, Muhammad Gema Ramadhan, pehobi sangat antusias mengikutikan ikan koleksinya. Jumlah peserta kontes mencapai 800 ekor, jauh di atas kuota perkiraan sekitar 600 ekor. Itu menjadi rekor peserta kontes gupi terbanyak di tanah air. “Sebetulnya tercatat permintaan pendaftaran hingga 1.000 ekor, sayang kapasitas akuarium terbatas,” kata Gema. Panitia menyediakan 15 kelas.

Peserta datang dari berbagai daerah di Indonesia. Peserta terjauh antara lain dari Kecamatan Sungailiat, Bangka Belitung, dan Kota Palembang, Sumatera Selatan. Panitia teridiri atas gabungan Komunitas Gupi Yogyakarta dan Pokdan Mina Muda Kadisoro. Penyelenggaraan kontes di Pendopo Pura Manunggal, Desa Kadisoro, Kelurahan Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Kontes louhan

Pehobi gupi asal Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Achmad Fauzi Irvanto.

Pada saat bersamaan 27 September 2020 juga berlangsung Tangerang Louhan Competition atau kontes ikan louhan Tangcity Mall, Tangerang, Provinsi Banten. Louhan jenis kamfa meraih gelar gelar best performance. Ikan itu aktif bergerak ketika dua juri menilainya. Louhan berukuran 13 cm itu konsisten dan tampil prima hingga hari terakhir penilaian. Menurut juri kontes, Miat Talim, penampilannya amat berkualitas.

Menurut Miat ikan itu memiliki warna istimewa dan mutiara yang tergolong kasar. Masyarakat menyebutnya mutiara besar. Penentuan kampiun sangat sengit karena kualitas ikan sangat memadai. Penjurian selama dua hari kadang-kadang menimbulkan perdebatan dalam penentuan juara. “Bersyukur sekali, jadi makin percaya diri dan makin banyak belajar untuk mengetahui karakteristik louhan,” kata pemilik ikan juara, Hendrik.

Pria kelahiran 6 September 1974 itu memberi pakan rutin, baik dari segi waktu pemberian, jenis pakan, dan jumlah pakan. Pria 46 tahun itu memberi pakan empat kali sehari, yakni pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan pukul 19.00. Tujuannya agar nutrisi ikan tercukupi. “Apabila sibuk, boleh dua kali sehari, yang penting jamnya teratur setiap hari,” kata Hendrik. Ia memberikan tiga jenis pakan dalam sehari.

Tujuannya agar lebih variatif sehingga ikan tidak jenuh. Ia memberikan lima butir pelet pada pagi hari, satu boks cacing beku untuk siang dan sore hari, serta dua potong udang pada malam hari. Pemberian udang membantu pengoptimalkan warna ikan. Sisanya hanya pergantian air, 10% pada hari pertama dan 60% pada hari keempat. “Supaya adaptasi ikan mudah,” kata Hendrik yang mengoleksi 12 louhan di rumahnya.

Menurut Ketua Pelaksana Tangerang Louhan Competition, Dedy Kosasih, kontes bertujuan mempererat silaturahmi antar pehobi louhan. Dedy mengatakan, kontes juga menjadi sarana bagi pehobi untuk mengukur kualitas louhan. Peserta kontes mencapai 275 ikan. Padahal perkiraan awal hanya sekitar 150 peserta. Pehobi dari berbegai kota seperti Bandung, Cirebon, Tasikmalaya (Jawa Barat), Surabaya (Jawa Timur), dan Kalimantan Selatan meramaikan kontes. (Muhammad Fajar Ramadhan & Hanna Tri Puspa Borneo Hutagaol)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Berkebun Jeruk Pamelo Ala Khun Pin di Thailand

Trubus.id—Pekebun di Distrik Bang Chakreng, Provinsi Samut Songkhram, Thailand, Khun Pin menghasilkan pamelo berkualitas.  Daging buah bercitarasa manis, tekstur...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img