Trubus.id— Sosok anggrek bulan dengan kuntum berkelir atraktif itu menyita perhatian. Warna bunga berdiameter 12—13 cm itu sangat cantik dengan dominasi ungu berhiaskan motif putih pada sepal dan petal.
Adapun bibir bunga berwarna kombinasi putih, kuning, dan ungu. Tanaman tumbuh subur dengan daun yang hijau segar. Tak ada daun yang cacat sebagai tanda tanaman sehat. Penampilan tanaman yang sangat cantik itu membuat Fonda Maria jatuh hati.
Perangkai bunga di Jakarta Barat itu melego anggrek bulan berbunga jumbo dalam soft pot itu dengan harga tiga kali lipat dibandingkan dengan harga anggrek bulan biasa.
“Harga yang tinggi sepadan dengan kualitas tanaman,” kata Fonda.
Semula Fonda tertarik memasukkan anggrek unik itu dalam rangkaian bikinannya. Namun, ia mengurungkannya karena merasa sayang. Fonda pun memelihara phalaenopsis itu di halaman rumah, di tempat agak teduh dengan sirkulasi udara lancar.

Sinar matahari yang cukup merangsang tanaman berbunga. Fonda menyiram tanaman setiap hari. Ia tidak memberikan tambahan nutrisi karena tanaman dalam fase berbunga. Perawatan tanaman yang simpel itu memudahkan Fonda.
Perangkai bunga itu semringah lantaran kuntum bunga anggrek makin bertambah. Semula hanya 8 kuntum yang mekar ketika ia membeli tanaman anggota famili Orchidaceae itu. Usai merawat 3 bulan, anggrek bulan berkelir ungu itu pun memamerkan 17 kuntum.
Berbeda dengan Fonda, Celin Naomi memanfaatkan anggrek bulan berbunga lebar dalam rangkaian. Celin meletakkan tanaman dalam vas bunga berbahan kaca bening. Ia memilih vas berpostur tinggi untuk menunjang tangkai bunga yang sangat panjang.
Perangkai bunga di Jakarta Selatan itu melapisi bagian dalam vas menggunakan kain berwarna hijau senada daun. Celin menata anggrek sedemikian rupa hingga tangkai bunga menjuntai sempurna.
Pemasangan pita berwarna dusty pink melingkari vas kian mempercantik rangkaian itu. Ia sengaja tidak menambahkan flora lain dalam rangkaian. Alasannya, penampilan anggrek yang digunakan mencolok.
Lihat saja 29 kuntum mekar berbarengan dalam rangkaian. Panjang tangkai bunga 1—1,5 m. Penambahan flora lain berpotensi membuat rangkaian tampak berlebihan alias ramai. Menurut Celin merangkai anggrek dengan tipe bunga besar gampang-gampang susah.
“Jika penikmat rangkaian bunga ingin menambahkan flora lain maka bisa memilih bunga maupun daun dengan ukuran lebih kecil,” ujar Celin.

Pemakaian anggrek bulan berbunga besar masih jarang di tanah air. Musababnya, warna dan pasokan bunga terbatas. Pun harga bunga yang cenderung tinggi sehingga peminat rangkaian anggrek berbunga jumbo lebih banyak tersebar di kalangan menengah ke atas.
Menurut pemilik nurseri anggrek PT Fiore Orchidea Indonesia di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Hendriko Stefano Tanjung, anggrek bulan berkelopak besar dengan jumlah kuntum puluhan tergolong langka.
“Anggrek dengan kriteria itu menjadi koleksi andalan kami,” ujar Hendriko.
Konsumen paling gemar anggrek bulan platinum putih karena terkesan mewah. Ia mendatangkan anggrek eksklusif itu dari Taiwan. Pengusaha muda itu menyediakan 2 warna utama yakni putih dan ungu. Diameter bunga 12—15 cm tergantung jenis dan panjang tangkai 1,5—2 m.
Sosok tanaman yang tinggi dengan bunga besar dan lebat cocok sebagai tanaman pot penghias ruangan maupun tanaman taman. Hendriko menyebut anggrek andalannya itu platinum.
Pemanfaatan anggrek bulan platinum dalam rangkaian pun tak kalah menawan. Di nurseri milik Hendriko tampak hamparan anggrek bulan platinum dalam soft pot berdiameter 15 cm. Pengaturan bunga dilakukan dengan bantuan kawat halus.

Pekerja menyiram tanaman sekaligus menjaga asupan hara. Air penyiraman dicampur dengan pupuk sehingga kebutuhan nutrisi tanaman terjamin. Rembulan pun banjir bunga.
Menurut peneliti dari Kebun Raya Bogor, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Sofi Mursidawati, M.Sc, anggrek pilihan Celin merupakan anggrek bulan hibrida. Bisa dibilang anggrek hibrida ibarat mode lantaran selalu ada jenis dan warna baru.
Perkembangan anggrek bulan hibrida di tanah air kalah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Taiwan, Thailand, dan Singapura. Indonesia unggul dalam plasma nutfah anggrek spesies. Jadi, fokus penelitian di Indonesia lebih merujuk pada anggrek spesies.