Trubus.id— Ikbar Naufal Z., S.M., petani melon di Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, rugi Rp15 juta pada awal 2022. Musababnya 600 tanaman dalam rumah tanam seluas 1.000 m² itu gagal panen setelah terserang embun tepung (powdery mildew).
Podosphaera xanthii alias P. fuliginea menjadi penyebab penyakit embun tepung pada melon. Gara-gara serangan makhluk tak kasatmata itu Ikbar gagal memanen 700— 1.200 kg melon saat itu.
Pengelola kebun melon Taman Hati Farm itu menyemprotkan fungisida kontak berbahan aktif permancozeb atau klorotalonil secara berkala setiap 4 hari sekali. Tujuannya mencegah pertumbuhan spora cendawan patogen Podosphaera xanthii.
Menurut pemulia tanaman di Taman Buah Mekarsari, Ir. A.F. Margianasari dan rekan peneliti, pengendalian embun tepung dengan mengurangi kelembapan di sekitar tanaman. Margianasari menyarankan agar sirkulasi udara lancar.
Cara lain dengan penyemprotan fungisida Calixi 750 EC atau Afugan 300 EC (pyazophos) berkonsentrasi 1 ml per liter. Frekuensi penyemprotan 5—7 hari sekali pada musim hujan dan 10—14 hari sekali pada saat kemarau.
Peneliti dari Laboratory of Food Crops and Floriculture, Institute of Tropical Agriculture, Universitas Putra Malaysia, Yuvarani Naidu dan rekan, punya cara lain mengatasi embun tepung.
Naidu dan rekan menguji efektivitas kompos teh (CT) untuk penyakit embun tepung pada melon. Para periset menguji secara in vitro dan in vivo kompos yang diperkaya mikrob terhadap perkembangan embun tepung pada tanaman melon.
Kompos dari tandan buah dan limbah pabrik kelapa sawit telah difermentasi selama 3 bulan. Naidu lantas merendam campuran itu dalam air dengan perbandingan 1:5 (kompos:air) selama tiga hari dengan suhu 25°C.
Ia menggunakan tangki berkapasitas 20 liter yang dilengkapi dengan pompa akuarium untuk aerasi secara terus-menerus. Mikrob diperoleh dari 7 g ekstrak ragi dan 4 g asam humat. Kemudian periset mencampurkan ekstrak itu ke dalam 100 g kompos.
Kemudian ia memberikan pupuk itu pada tanaman terinfeksi embun tepung. Perkembangan konidial—cendawan dalam keadaan aseksual—embun tepung berkurang signifikan secara in vitro.
Kompos yang diperkaya mikrob menekan 85% serangan cendawan selama 96 jam setelah inkubasi. Studi in vivo lebih lanjut menunjukkan efek kuratif dari kompos yang diperkaya mikrob setelah 24 jam inokulasi. Hasilnya menekan timbulnya penyakit dengan efisiensi penghambatan sebanding dengan fungisida.
Bagaimana duduk perkara kompos menghambat embun tepung? Berdasarkan hasil riset Naidu dan rekan kompos diduga bersifat biologis di alam karena diperkaya mikrob seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp., Asctinomycetes sp., serta cendawan (Trichoderma spp. dan Penicillium spp.).