Trubus.id—Ikbal Alexander gemar bertualang, misalnya mengunjungi destinasi penyelaman di penjuru Indonesia. Suatu ketika, bukan keindahan bawah laut yang dinikmati, Ikbal justru menyelam di perairan yang penuh sampah.
Saat itu Ikbal berpendapat, ada yang harus mulai bergerak dan berubah. Pada akhir 2017, Ikbal membentuk tim dan mendirikan wirausaha sosial Klinik Sampah Kertabumi. Nama Kertabumi berasal dari Bahasa Sanskerta artinya prajurit yang menjaga tempat manusia hidup.
Tujuan awalnya untuk mendaur ulang sampah menjadi produk yang bernilai guna. Tak hanya itu, Kertabumi juga menginginkan masyarakat menerapkan cara mendaur ulang yang sederhana dan mudah sehingga siapa pun bisa berperan mengurangi sampah.
“Kami ingin menyadarkan masyarakat bahwa setiap orang bertanggung jawab atas sampahnya sendiri. Dengan demikian, kita tidak mengandalkan orang lain untuk mengurus sampah kita,” kata salah satu koordinator proyek Kertabumi, Nuansa Deanabila.
Klinik sampah itu memfokuskan kegiatan pada lokakarya pengelolaan sampah, pelatihan daur ulang, dan kampanye minim sampah. Pelatihan diselenggarakan di berbagai daerah antara lain Surabaya, Yogyakarta, Lampung, Cilacap, Bali, dan Jabodetabek.
Kertabumi juga sering mendapat pesanan produk daur ulang sampah antara lain dari Dinas Lingkungan Hidup Lampung memesan tas dari kantong kresek. Deanabila dan tim memberdayakan kaum ibu di sekitar kantor Kertabumi untuk menjahit produk daur ulang.
Kampanye nirsampah atau zero waste menjadi agenda tak kalah penting. Sesederhana membawa kotak makan dan botol minum saat membeli makanan atau minuman mampu mengurangi kontribusi sampah kemasan sekali pakai.
Penggunaan kertas secara bolak-balik juga menyumbang upaya pelestarian hutan dan pengurangan sampah. Penggunaan sedotan alami seperti sedotan daun kelapa dan bambu. Deanabila dan tim Kertabumi mengolah berbagai macam sampah menjadi produk yang mempunyai nilai guna baru.
Sampah organik sisa makanan menjadi bahan baku kompos sedangkan jelantah—minyak goreng bekas pakai— sebagai bahan campuran lilin dan sabun. Bahan pembuatan sabun meliputi jelantah, soda api, dan air.
Namun sabun itu bukan untuk kulit, melainkan untuk mencuci peralatan dapur. Pembuatan sabun menjadi salah satu kegiatan favorit saat pelatihan. Klinik Sampah Kertabumi hanya melatih teknik dasar daur ulang dan kreativitas pesertalah menjadi senjata utama.
Tak heran pascapelatihan, banyak produk-produk baru yang kreatif dan inovatif. Sejatinya daur ulang sampah anorganik ada dua macam, yakni pcycle dan recycle. Upcycle mengolah sampah menjadi produk yang masih terlihat wujud/bagian tertentu bahan bakunya.
Sementara itu, recycle menghasilkan produk baru yang tidak terdeteksi wujud/ bagian tertentu bahan baku. Proses ini melalui pencacahan dan pemanasan sehingga sampah melebur dan bisa dicetak menjadi bentuk baru. Contohnya tatakan gelas, hiasan dinding, dan dekorasi natal dari tutup botol.
Daur ulang sampah anorganik meliputi kantung kresek, botol beserta tutupnya, sedotan, dan ban dalam. Kantong kresek bahan termudah untuk daur ulang. Karakternya pun khas yakni bertekstur seperti kulit jeruk.
Kertabumi mengambil langkah tepat dalam mengelola sampah. Pasalnya World Bank mencatat kota-kota besar di dunia pada 2016 menghasilkan 2 miliar sampah padat per hari. Artinya setiap orang berkontribusi membuang 0,74 kg sampah sehari.
Tak hanya itu, sebesar 4,8—12,7 juta metrik ton sampah mengalir ke laut setiap tahun. Itu menyebabkan kerusakan ekosistem laut bernilai lebih dari US$13 miliar setara Rp182,2 triliun setahun.