Monday, January 20, 2025

Budidaya Walet: Dari Gua ke Gedung

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id–Budi daya walet menjadi sumber cuan bagi warga Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah, Ir. Hardiyan Sa’ad, M. Si. 

“Cuma duduk-duduk ada hasilnya,” kata  Hardiyan menirukan ucapan tetangga yang melihat aktivitasnya. 

Harap mafhum lazimnya Hardiyan duduk santai sambil meminum kopi dan memandangi burung walet yang beterbangan di belakang rumah saat sore. Ia meneruskan aktivitas itu setelah menjalankan salat Magrib. 

Disebut ada hasilnya karena Hardiyan mendapatkan penghasilan bulanan sekitar Rp7,5 juta— Rp8 juta dari perniagaan sarang walet.

Burung walet yang dilihat Hardiyan itu memang miliknya. Ia memiliki gedung walet berukuran 8 m x 12 m. Disebut hanya duduk-duduk karena Hardiyan tidak memberi walet pakan. 

Burung anggota famili Apodidae itu mencari makan sendiri. Tidak sepenuhnya benar budi daya walet hanya duduk-duduk.

Hardiyan harus memasang beragam suara (panggil, inap, dan tarik) agar walet menginap dan bersarang. Ia juga mesti membersihkan gedung walet sebulan sekali agar burung nyaman sehingga bersarang. 

Pemanenan sarang saat pagi hingga siang. Setelah itu sarang walet dikeringanginkan. Pada pukul 17.00, Hardiyan mengunggah sarang hasil panen tadi pagi ke grup peternak walet.  Jika harga cocok, maka pembeli mentransfer uang kepada Hardiyan. 

“Alhamdulillah penjualan lancar,” kata mantan Asisten Administrasi Umum (Asisten III) Sekretariat Daerah Kabupaten Tolitoli, itu. 

Menurut Hardiyan prospek sarang walet di masa mendatang sangat baik. Apalagi ada target gerakan ekspor tiga kali lipat oleh Kementerian Pertanian. 

Meski begitu peternak walet mesti mengatasi aral jika ingin sukses beternak walet. Serangan hama seperti burung hantu dan ular mengurangi hasil panen. 

“Burung hantu dan ular hama utama. Cecak termasuk hama tetapi ada obatnya. Sementara ular dan burung hantu agak rumit,” kata Hardiyan.

Lazimnya ular datang setelah pukul 22.00. Selama ini pengendalian ular secara manual yaitu penangkapan langsung di lokasi. Kebetulan Hardiyan memasang sekitar enam kamera pengintai sehingga situasi dalam gedung walet selalu terpantau. 

Apalagi kamera pengintai bisa diakses melalui gawai. Jika aral teratasi, maka keuntungan diraih. 

Selama ini Hardiyan membagi penghasilan walet menjadi tiga bagian yaitu 30% untuk biaya operasional, 20% untuk sosial, dan 50% keuntungan bersih.

Hardiyan salah satu dari sekian banyak peternak walet di Indonesia. Semula masyarakat mendapatkan sarang walet alami dari gua-gua. Belum ada yang membudidayakan. 

Majalah Trubus edisi Februari 2003 menopikkan budi daya walet kali pertama. Beberapa narasumber terbukti berhasil membudidayakan walet di dalam bangunan. Sejak saat itu banyak orang membangun gedung walet di berbagai daerah.

Bahkan Majalah Trubus membuat satu artikel khusus walet di rubrik Satwa pada setiap edisi. Berbagai inovasi dan teknologi serta tren budi daya walet tersaji pada artikel seri walet itu. 

Hingga kini budi daya walet terus berkembang dan menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat. Walet bukan komoditas satu-satunya yang trennya makin berkembang berkat pemberitaan Trubus.

Beberapa komoditas yang pamornya makin mentereng setelah dimuat Trubus yakni seperti ikan louhan dan ayam serama. 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Festival Durian II: Melestarikan Varietas Lokal Unggul di Rejang Lebong

Trubus.id–Gelaran Festival Durian II varietas langka di Kecamatan Padang Ulak Tanding (PUT), Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu diikuti 71 jenis...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img