Trubus.id—Pekebun di Desa Galang, Kecamatan Sungaipinyuh, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat, Salimi menanam nanas di lahan gambut selus 4 hektare (ha) dengan kedalaman 20 m. Ia rutin memanen 300—500 nanas madu premium setiap 3 hari setara 1.000 buah per pekan.
Harga nanas Rp 6.000—Rp10.000 per kg sehingga memperoleh pendapatan Rp15,4 juta per pekan. Penjualan nanas itu ke pengepul di Kota Pontianak dan Kabupaten Bengkayang, Provinisi Kalimantan Barat.
Ia mencetak Sekitar 70% nanas berukuran jumbo dengan bobot 2 kg per buah. Sisanya nanas berukuran kecil berbobot 0,8 kg per buah. Nanas hasil kebun Salimi berkulit kuning, begitu pula dengan warna daging buahnya.
Tekstur daging buah renyah dan juicy. Cita rasa nanas itu manis, lembut, dan segar. “Biasanya nanas memiliki rasa manis yang tajam dan sering kali menimbulkan sensasi gatal di lidah,” kata Salimi.
Nanas premium milik Salimi itu berkat budidaya organik. Ia tidak memberikan perangsang buah sehingga cita rasa nanas manis. Salimi mengolah lahan menjadi guludan dan parit. Jarak antarguludan 1 m. Setiap guludah terpisah oleh parit.
Air dalam parit berfungsi melembapkan tanah di sekitar perakaran tanaman. Salimi rajin memeriksa kondisi tanaman. Ia memangkas batang dan daun yang mengering supaya tanaman tidak terlalu berebut air sehingga kondisi tetap lembap.
Parit juga berguna menjaga pasokan air selama musim kemarau. Salim menuturkan tanaman nanas akan mogok berbuah jika kekurangan air. Salimi hanya memberikan asupan hara alami untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Ia memberikan nutrisi berupa pupuk kompos dari kotoran ayam dan sapi yang terfermentasi dengan perbandingan sama. Ia menaburkan 200 gram per tanaman. Frekuensi pupuk cukup sekali setahun.
Salimi menuturkan, tanaman mengeluarkan anakan usai berbuah. Umumnya, setiap tanaman memiliki 5—6 rumpun baru.
Salimi hanya mempertahankan 3 anakan dalam satu tanaman. Ia mempertahankan anakan yang muncul dari bawah tanah. Sementara bakal tanaman yang muncul dari batang ia pangkas. Seleksi anakan bertujuan menghasilkan buah yang berkualitas.
Ia tidak pernah melakukan penanaman ulang usai panen. Ia hanya melakukan peremajaan setiap 4—5 tahun. Peremajaan dilakukan dengan sistem sulam. Ia mencabut tanaman yang sudah tidak produktif yang beciri memiliki ukuran buah yang berangsur-angsur mengecil.
“Seleksi tanaman juga berfungsi sebagai pencegahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman,” kata pekebun nanas sejak 2004 itu.
Tanaman yang tidak terlalu rimbun cenderung bebas dari serangan serangga, cendawan, dan tikus. Begitu pula dengan lahan penanaman yang bebas gulma.