Trubus.id—Pemulia bunga matahari di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, Ir. Subandi, sukses merakit bunga matahari MTH 4. Keunggulan varietas anyar itu yakni berwarna mencolok dan terang serta berkuntum banyak.
Secara umum, bunga matahari MTH 4 memiliki 8—15 bunga per tanaman. Bentuk bunga bulat dan berdiameter 12,17—18,54 cm. Nama MTH berasal dari singkatan matahari, sedangkan angka 4 merupakan nomor tanaman hasil seleksi Subandi.
“Bunga matahari MTH 4 dilepas di pasar dengan nama dagang pesona surya 01,” tutur Subandi. Ia mengawinsilangkan dan menyeleksi beragam aksesi koleksinya hingga terlahir varian bunga matahari unggul baru.
“Tetua kita ambil dari plasma nutfah lokal. Di negara kita ini banyak plasma nutfah yang tidak diperhatikan. Kita murnikan dan kita rakit untuk mendapatkan varian dan didaftarkan ke Kementan,” kata pemilik sekaligus pemulia PT Wira Agro Nusantara Sejahtera itu.
Mulanya Subandi merakit MTH 4 untuk penghias taman-taman agrowisata. Sebelum Covid-19 menyerang, agrowisata menampilkan taman berisi bunga matahari sangat viral. Agrowisata Banyak pengunjung di taman agrowisata karena mereka bisa berswafoto.
“Jadi, kami hasilkan bunga matahari yang warna bunganya mencolok dan terang,” kata lelaki kelahiran Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, itu.
Seiring berjalannya waktu, para peternak lanceng juga banyak menggunakan bunga tanaman asal Amerika Utara itu. Lanceng menghisap nektar bunga matahari.
“Jadi, kami juga berusaha menghasilkan bunga matahari berkuntum banyak,” kata Subandi.
Dengan beragam keunggulan itu, wajar saja konsumen dari berbagai daerah di Indonesia seperti Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali menggemari bunga matahari karya Subandi itu. Sayangnya banyak agrowisata tutup dan gulung tikar sejak pandemi tanah air,
“Saya berharap wisata-wisata itu kembali hidup dan bisa menggunakan kembali bunga matahari sebagai penghias taman. Saya juga berharap ada pihak yang secara serius meneliti manfaat bunga matahari untuk kesehatan misal diambil minyaknya,” kata alumnus Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember, Provinsi Jawa Timur, itu.