Pakualam dan mendua avokad baru berdaging tebal, cita rasa manis dan gurih.
Muhsinin terkejut ketika pohon avokad di Pura Pakualaman, Yogyakarta, berbuah pada Maret 2020. Jumlah mencapai 30 buah Persea americana. Ia menanam pohon itu empat tahun sebelumnya dari sebuah biji. Ia tidak mengetahui asal-muasal biji dalam buah. Pada umur empat tahun, tanaman berbuah perdana. Bentuk buah proporsional, seragam, dan berbobot 750—800 gram per buah.
Avokad baru akhirnya diberi nama pakualam untuk mengenang tempat tumbuhnya. Rasa buah pakualam kering atau sticky lantaran kadar air sedikit, pulen, dengan kombinasi rasa manis serta gurih yang pas. Warna daging pun menggugah selera, kuning kejinggaan. Kesegaran daging buah tahan lama bahkan setelah daging buah sudah dibelah. Muhsinin menghabiskan sedikit demi sedikit daging buah pakualam dalam selang waktu 3 hari.
Incaran pehobi
Meski Muhsinin meletakkan buah dalam suhu ruangan, daging buah masih layak makan, bahkan makin kuat cita rasanya dalam beberapa hari. Warna kulit buah ketika matang bersalin rupa semburat merah merata. Muhsinin juga mengirimkan beberapa buah avokad itu kepada Ir. Dinno Marianus Dionysius dari Komunitas Alpukat Nusantara (AlNusa). Muhsinin hampir tak percaya melihat hasil penilaian buah mencapai 89.
Dinno mengunggah foto avokad pakualam melalui media sosial pada Maret 2020. Setelah itu banyak orang penasaran dengan rasa buah serta bibit pakualam. Muhsin tak tanggung-tanggung membanderol harga satu buah pakualam Rp250.000 karena ketersediaan buah terbatas. Harga sebuah bibit pakualam perdana dilelang seharga Rp1.050.000 setelah tiga bulan penilaian pakualam.
Para pekebun buah membeli bibit pakualam Rp300.000 per batang. Mereka tersebar di berbagai daerah seperti di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Nun jauh di Kota Duri, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, ada avokad baru bernama mendua. Pemilik pohon induk tunggal (PIT) sekaligus penangkar bibit mendua, Sendy Nuari Kamisa, memelihara avokad unggulan itu selama 12 tahun. Pohon magori atau panen perdana pada 2016. Namun, Sendy baru dua tahun belakangan menjual buahnya kepada konsumen.
Para pelanggan Sendy sangat puas dengan buah mendua lantaran berukuran besar, berkisar 600—1.200 gram atau bobot rata-rata 700 gram. “Pembeli saya kebanyakan pembuat jus buah. Menggunakan avokad mendua porsi jus jadi lebih banyak. Satu buah bisa untuk 2—3 gelas karena berbiji kecil tinggi sehingga lebih disukai pembeli,” kata Sendy. Porsi yang dapat dimakan dari buah mendua mencapai 90%.
Kaya minyak
Dinno yang menilai avokad mendua memberi nilai rata-rata 86. Karakter unggul lain berupa cita rasa seperti mentega, tidak berserat, tidak lembek dan berair, sedikit gurih, dan dominan manis. Setiap panen Sendy mendulang omzet Rp5,5 juta hasil penjualan 157 kg. Ia menjual Rp35.000 per kg, setara 157 kg. Ada permintaan rutin 1 ton buah. Padahal, setiap panen pada April dan Desember, total produktivitas pohon 400—500 kg buah.
Setelah panen warna buah berubah menjadi hitam kemerahan, menandakan kaya antioksidan. Peruabahan itu dua hari setelah petik. Namun, bila buah dibiarkan di pohon maka kulit buah tetap hijau meskipun Sendy pernah membiarkan buah di pohon hingga 11 bulan. “Rasa gurih menjadi lebih intens, karena tinggi kandungan minyak. Buah juga tidak akan busuk di pohon,” jelas pria kelahiran Pekanbaru itu.
Menurut Sendy buah avokad yang bisa dibiarkan lama di pohon berpotensi dimanfaatkan sebagai penghasil minyak avokad. Melihat permintaan mendua yang tinggi, Sendy mengebunkan 250 bibit avokad itu di lahan 1,3 hektare. Ia berencana menjadi produsen buah dan bibit dari avokad mendua yang memiliki kesamaan fisik buah yang tinggi dengan avokad kendil dan markus.
Puas Menikmati Avokad Mias
Penangkar bibit di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Heri Nugraha, menemukan “adik” avokad jawara Festival Bunga dan Buah Nusantara 2019, chengko. Heri memberi nama avokad itu mias. Pohon tumbuh menjulang berumur sekitar 25 tahun berjarak 3 meter dari pohon induk tunggal (PIT) avokad chengko. Avokad mias tumbuh dari biji. Bobot buah mias 600—1.000 gram.
Bandingkan dengan avokad chengko hanya berbobot 400—650 gram. Menurut Heri kemungkinan perbedaaan bobot buah karena umur pohon. Harap mafhum, PIT chengko berumur sekitar 40 tahun. Ir. Dinno Marianus Dionysius dari Komunitas Alpukat Nusantara (AlNusa) memebri nilai 85 untuk avokad mias. Kualitas buah mias bertekstur lembuat, kering, sedikit manis, dan tidak ada rasa pahit sama sekali.
Kulit tebal dan mudah dikupas ketika matang. Karakter-karakter itu menonjol bagi para penggemar yang menyicipi buah mias. Mias menambah kekayaan variasi avokad-avokad unggulan dari Pandeglang. (Tamara Yunike)