Wednesday, March 5, 2025

Hasil Manis di Tanah Masam

Rekomendasi

Jagung tumbuh subur dan produktif di tanah masam. Petani menerapkan teknik budidaya jenuh air.

Trubus — Tanaman jagung menghampar di lahan 120 hektare. Lokasinya di Desa Karyabakti, Kecamatan Rantaurasau, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Provinsi Jambi. Lahan itu menghasilkan rata-rata 4 ton jagung kering pipil per hektare. Dengan harga jual Rp4.300 per kg, omzet rata-rata Rp17,2 juta per hektare. Setelah dikurangi biaya produksi Rp11 juta—Rp12 juta per hektare, laba berkisar Rp5 juta—Rp6 juta.

Lahan itu kini menjadi sumber rupiah. Sebelumnya lahan itu sama sekali tak menghasilkan pendapatan. Masyarakat di sana enggan memanfaatkan lahan karena selalu gagal saat membudidayakan beragam komoditas. Penyebabnya kondisi tanah di sana terlalu masam, yakni ber-pH 3. Idealnya tanaman tumbuh di lahan ber-pH normal, yakni berkisar 6,5—7,5.

Sangat masam

Tanah di Desa Karyabakti sangat masam karena merupakan tanah rawa yang mengandung pirit (FeS2). Senyawa itu nantinya berubah menjadi asam pekat H2SO4 dan ion-ion besi Fe2+ jika teroksidasi. Akibatnya pH tanah menjadi sangat masam dan tanaman keracunan Fe2+.

Dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi,
M.S.

Makin rendah pH tanah, aluminium akan keluar atau tereksitasi lebih banyak dari mineral liat dalam tanah. Tandanya warna tanah berubah dari abu-abu menjadi kemerahan. Pada 2016 dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S., bekerja sama dengan PT FKS Multi Agro Tbk menguji coba teknik budidaya jenuh air (BJA).

Periset mengalirkan air secara terus-menerus melalui parit di lahan. Air terus berada di bawah permukaan tanah sehingga kondisi di daerah perakaran jagung jenuh air sejak tanam hingga panen. Menurut Munif ketika tanah jenuh air, laju oksidasi pirit menjadi ion besi dan eksitasi alumunium yang membuat tanah menjadi masam terhenti.

Periset harus mempertahankan kondisi jenuh air dengan menjaga air mengalir terus-menerus dengan tinggi muka air tetap. Beruntung kondisi alam memungkinkan untuk mengalirkan air ke areal pertanian secara kontinu. Lokasi lahan berjarak hanya 1 km dari bibir Sungai Batanghari. Kondisi lahan di sana juga termasuk lahan pasang-surut. Ketika air sungai tinggi, air masuk ke kanal-kanal yang dialirkan ke petakan lahan pertanian.

Intensif

Menurut penanggung jawab lapang PT FKS Multi Agro, Toyip Hadinata, untuk menerapkan teknik BJA di Desa Karyabakti perlu persiapan panjang. Maklum, sebelumnya lahan itu telantar sehingga penuh semak-belukar. Itulah sebabnya sebelum menanami lahan, mereka mengendalikan semak-belukar dengan menyemprotkan herbisida. Setelah itu mereka membenamkan biomassa semak-belukar dan jerami kering menggunakan traktor.

Traktor panen hanya bisa beroperasi di pinggi lahan karena tipe lahan pasang surut lembek.

“Tujuannya agar biomassa terdekomposisi dengan baik sehingga kami bisa memanfaatkan nitrogen, fosfor, dan asam humat yang terbentuk,” kata Toyip. Selanjutnya Toyip membuat kanal-kanal percabangan dari kanal primer yang mengalirkan air dari Sungai Batanghari. Lebar kanal kecil 25 cm dengan kedalaman 30 cm. Kanal itu dibuat setiap 4 meter.

Fungsi kanal kecil untuk mengeringkan dan mengeluarkan air, serta menjaga tinggi muka air. Dengan kedalaman itu area perakaran selalu 5—6 cm di bawah permukaan air di kanal kecil. Pembuatan kanal menggunakan cangkul karena hasilnya lebih rapi. Kemudian taburkan kapur di permukaan lahan untuk meningkatkan pH tanah. Toyip menuturkan, sehektare lahan menghabiskan rata-rata 0,5—1 ton kapur.

Tanah yang mengandung pirit menjadi kemerahan bila pH menjadi sangat asam.

Setelah itu tanam benih jagung dengan jarak tanam baris ganda. Setiap 4 meter berisi 8 baris sehingga total populasi 90.000 tanaman per hektare. Sepekan kemudian Toyip mengontrol daya tumbuh benih jagung dan menyulam bila ada benih yang gagal tumbuh. Pada umur 20—30 hari setelah tanam Toyip memberikan pupuk Urea berdosis 150 kg, SP36 100 kg, dan KCl 50 kg per ha.

Pemupukan kedua ketika tanaman berumur 25—40 hari dengan jenis dan dosis pupuk sama. Pencegahan serangan hama dan penyakit tergantung gejala serangan. Jagung siap panen pada umur 120—130 hari setelah tanam. Perawatan seperti itu menyebabkan jagung tumbuh optimal. Menurut Munif sistem BJA mengubah fisiologi tanaman jagung menjadi lebih baik.

Akar lateral dan akar rambut jagung menjadi lebih panjang dan banyak sehingga penyerapan nutrisi lebih optimal. Hasil panen jagung berbeda-beda tergantung varietas. Selama ini Munif menguji tiga varietas di lahan itu dengan teknik BJA, yaitu sukamarga, bisma, dan pioneer. Varietas sukamarga menghasilkan 5,2 ton jagung kering pipil, bisma 4,8 ton, dan pioneer 27 mencapai 6,67 ton per hektare.

Keberhasilan itulah yang membuat PT FKS Multi Agro tertarik mengembangkan teknologi BJA. “Dari semula tidak ada menjadi ada itu sebuah kesuksesan yang patut didukung,” ujar Kepala Pengembangan Bisnis PT FKS Multi Agro, Hairudin Ali. (Tamara Yunike)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kelompok Tani Karya Baru: Inovasi Olahan Cabai Hiyung dari Tapin

Trubus.id–Kelompok Tani Karya Baru merupakan salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Hortikultura  yang mengembangkan produk cabai...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img