Trubus.id-Peneliti Ahli Muda dari Pusat Riset Botani Terapan (PRBT) BRIN, Yati Nurlaeni, berhasil mengembangkan formulasi kombucha berbahan dasar buah sempur. Inovasi ini bertujuan mengangkat potensi lokal yang selama ini belum banyak dimanfaatkan masyarakat.
Menurut Yati, buah sempur banyak tumbuh di Kebun Raya Bogor dan Cibodas, namun sering terbuang karena belum dikenal luas. Dalam diseminasi riset di Kebun Raya Cibodas, ia menegaskan pentingnya memaksimalkan kekayaan hayati lokal.
Minuman kombucha buah sempur ini diketahui memiliki kandungan antioksidan dan antiinflamasi tinggi. Kandungan tersebut berperan penting dalam mencegah penyakit degeneratif serta melindungi jaringan tubuh dari kerusakan akibat peradangan.
Yati menjelaskan bahwa fermentasi selama tujuh hari menghasilkan kadar fenol sebesar 230±14.6 mg ekuivalen asam galat per mg ekstrak. Selain itu, terdapat flavonoid sebesar 14.5±0.939 mg ekuivalen kuersetin per mg ekstrak, yang memperkuat manfaat kesehatan kombucha ini.
Riset ini telah didaftarkan sebagai paten biasa dengan judul “Formulasi dan Proses Pembuatan Kombucha Buah Sempur (Dillenia philippinensis Rofle)” di Kemenkumham pada 2024. Inovasi ini sekaligus menjadi bukti konkret bahwa tanaman lokal bisa menjadi sumber produk bernilai ekonomi tinggi.
Melansir pada laman BRIN, Kepala PRBT ORHL-BRIN, Muhammad Imam Surya, menyatakan pentingnya hilirisasi hasil riset agar bisa langsung dimanfaatkan masyarakat. Ia menambahkan bahwa kombucha buah sempur merupakan salah satu contoh hasil bioprospeksi tanaman lokal yang potensial untuk pangan, obat, dan industri.
Imam menyebut bahwa riset ini sudah lama berjalan, namun hilirisasi produknya baru dimulai tahun ini. Ia berharap kegiatan diseminasi dapat membuka jalan kolaborasi antara BRIN dan UMKM, terutama di kawasan Cianjur dan sekitarnya.
Menurutnya, banyak tanaman asli Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal meski tersimpan di Kebun Raya. Para peneliti kini telah menyusun daftar tanaman potensial untuk segera dihilirisasi demi kemanfaatan masyarakat.
Imam juga menyampaikan bahwa BRIN memiliki skema pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Startup. Program ini bisa dimanfaatkan UMKM yang ingin mengembangkan produk berbasis hasil riset seperti kombucha sempur.
Kombucha sendiri bukan minuman baru, melainkan sudah dikenal sejak tahun 414 M di Jepang. Asal usul namanya berasal dari tabib asal Korea bernama Kombu dan kata “cha” yang berarti teh.
Di Indonesia, kombucha diperkenalkan oleh Putri Kang Cing Wie di Bali dan dikenal sebagai “Teh Wong”. Kini, kombucha menjadi tren gaya hidup sehat di berbagai negara karena rendah kalori dan kaya manfaat bagi sistem imun dan pencernaan.
Sementara itu, buah sempur atau Dillenia philippinensis merupakan tanaman Asia Tenggara yang dikenal dengan nama katmon di Filipina. Di sana, buah ini digunakan sebagai bahan selai, jeli, dan obat tradisional.
Buah sempur mengandung senyawa alami tinggi yang mendukung manfaat kesehatan. Selain menjadi minuman fermentasi, buah ini juga bisa diolah menjadi manisan, saus, dan bahkan produk perawatan tubuh.
Secara tradisional, sempur dipercaya meredakan demam, sariawan, batuk, dan kelelahan. Bahkan, ekstraknya juga digunakan untuk tonik jantung dan produk sabun alami.
Gabungan manfaat kombucha dan sempur menjadikan inovasi ini sebagai minuman fungsional yang menjanjikan. Dengan dukungan BRIN, produk ini memiliki peluang besar menjadi unggulan lokal yang mendunia.