Friday, December 6, 2024

Jeruk Imlek Berharap Peruntungan di Tahun Anjing

Rekomendasi
- Advertisement -

Sementara zhe, artinya buah. Jadi jeruk itu buah pembawa rezeki. Dengan mempersembahkan jeruk pada saat Imlek, mereka yang percaya berharap tahun baru kali itu membawa keberuntungan.

Di Indonesia memajang jeruk pada saat tahun baru Sin Tjia juga membudaya. Itu terutama dilakukan oleh mereka yang memiliki hubungan kekerabatan kuat dengan daratan Cina, Taiwan, atau Hongkong.

Shunde

Di Tiongkok, Shunde di Provinsi Guangdong, salah satu sumber utama tabulampot jeruk untuk Imlek. Sebulan menjelang tahun baru-biasanya awal hingga pertengahan Januari-kota kecil itu berubah menjadi serbakuning. Itulah tabulampot-tabulampot jeruk yang dipersiapkan nurseri-nurseri di sana untuk merayakan Sin Tjia. Perayaan tahun baru Imlek di Cina memang bertepatan dengan panen raya jeruk.

Rangkaian yang dibuat sangat bervariasi. Ada rangkaian mini setinggi 30-40 cm yang cocok sebagai hiasan meja. Ada juga yang berbentuk kapsul raksasa atau disusun berjenjang 8. Angka 8 favorit masyarakat Tionghoa. Angka itu melambangkan rezeki yang tidak putus seperti cara penulisan angka 8. Selain bentuk, jenis yang dirangkai pun beragam. Sebut saja kimkit, chu sa, dan sakam.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia mengenal kimkit sebagai jeruk Imlek. Buah kumquat-sebutan lain kimkit-berukuran kecil sebesar bola pingpong dan berwarna kuning. Dia memang cantik sebagai pajangan lantaran buahnya lebat. Ada falsafah dalam kepercayaan masyarakat Cina yang mengatakan makin banyak buahnya makin banyak hokinya, ujar Eddy Loekito, pemilik nurseri Golden Image di Jakarta Barat.

Jenis lain yang juga tak kalah menarik adalah chu sa. Di tanahair, ia tergolong baru. Sebuah tabulampot chu sa berbentuk kapsul setinggi 1 m terlihat di kediaman Eddy Suharry. Buahnya lebih bongsor daripada kimkit dan berwarna jingga. Bentuk buah gepeng seperti keprok. Beda dengan kimkit yang asor, chu sa manis dengan sedikit masam. Makanya masih enak dimakan. Anggota famili Rutaceae itu pantas untuk pajangan jeruk imlek karena pantat buah rata. Jadi bagus bila ditata sebagai rangkaian, kata Markus Amin, penangkar buah di Bogor. Chu sa juga tidak pelit berbuah. Buah chu sa tahan lama, ia masih kuat melekat ditangkai sampai 3 bulan setelah menguning.

Sakam lebih menakjubkan lagi. Ukuran buah paling raksasa, seperti jeruk bali. Lantaran berbobot hampir 0,5 kilo/buah, buah mesti dibungkus jaring agar tidak lepas dari tangkai. Sama seperti chu sa, sakam juga enak dimakan. Meski buah tak selebat kimkit, tapi penampilan sakam tetap cantik sebagai penghias rumah saat Imlek. Jenis ini paling gres yang masuk ke tanahair. Pantas harganya pun mahal. Tabulampot setinggi 1,2 m dibandrol Rp3-juta/pot. Namun, demi berharap keberuntungan di Tahun Anjing, kimkit, chu sa, dan sakam pun dipajang di kediaman. (Rosy Nur Apriyanti)

Trubus 435 – Februari 2006/XXXVII

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

FLOII Expo 2024 Resmi Dibuka, Keindahan Keanekaragaman Genetik dalam Florikultura

Trubus.id–Floriculture Indonesia International (FLOII) Expo 2024 resmi dibuka pada 05 Desember 2024 di Hall 3, ICE BSD City, Tangerang....
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img