Anthurium-anthurium terbaik di 8 kelas koleksi Eddy Pranoto.

Eddy Pranoto tersenyum bahagia. Anthurium-anthurium koleksi pehobi dari Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, itu meraih 4 juara pertama, juara II (2 anthurium), dan juara III (2) dari 11 kelas yang diikuti. “Saya membawa 11 tanaman untuk ikut lomba dan 8 di antaranya menjadi juara,” ujar Eddy usai mengikuti Latihan bersama Anthurium Spesial pada 29 Mei 2016 di Kota Salatiga.

Lima gelar juara pertama lainnya diraih anthurium koleksi Komarudin dari Salatiga, Tan Bing Kyat (Magelang), Lanjar (Sukoharjo), Rimbun Garden (Yogyakarta), dan Sugiarto (Semarang). Walaupun kontes anthurium itu bersifat lokal, antusias pehobi dari luar daerah cukup tinggi. Itu terlihat dari hadirnya para pehobi dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Semarang.
Ramai variegata
Lebih dari 100 peserta mengikuti kontes yang diselenggarakan oleh Komunitas Pencinta Anthurium Semarang (Kompak Semar) di Salatiga. Dalam kontes itu panitia menyiapkan sebelas kelas lomba yaitu pemula, prospek, madya, utama, variegata pemula, variegata senior, variegata junior, variegara splash, golden, variegata campuran, dan campuran hijau. Kualitas peserta sangat baik sehingga juri sempat kesulitan untuk menentukan para juara.
Itu terlihat dari perolehan nilai pemenang rata-rata di atas 80. Menurut juri dari Yogyakarta, Erik Satria, variegata menjadi kelas yang paling banyak diikuti peserta. Di kelas itu dipertandingkan anthurium yang memiliki daun berwarna hijau dan putih atau kuning. Warna daun itu terjadi karena kurangnya jumlah klorofil atau zat hijau sehingga sebagian warna daun berubah menjadi putih atau kuning dan sebagian lainnya tetap hijau.

Penampilan itu membuat daunnya lebih indah. “Selain kedua warna itu, sebenarnya ada pula daun variegata yang memunculkan warna merah muda. Namun, tipe variegata pada daun Anthurium jenmanii seperti itu masih langka di Indonesia,” ujar Erik. Dalam penilaian kelas variegata juri terlebih dahulu melihat tingkat kekontrasan warna variegata dan hijau dari daun. Nilai semakin tinggi bila kedua warna itu sangat kontras.
“Jika dalam satu daun terdapat satu warna seperti putih saja maka nilainya justru kecil,” kata Erik Satria. Setelah warna, juri menilai karakter daun seperti bentuk, ketebalan, dan urat daun. Akhirnya ketiga juri yang terdiri atas Erik Satria (Yogyakarta), Tejo (Kompak Semar), dan Nur Hidayat (Solo Raya) memilih tiga anthuriaum milik Tan Bing Kyat dari Muntilan, Magelang, menjadi juara pertama di masing-masing kelas variegata.
Rawat juara

Ketiga anthurium koleksi Tan Bing Kyat itu adalah topas, juara di kelas variegata pemula, real cobra kampiun di kelas variegata senior, dan red dunhill berjaya di kelas variegata junior. Menurut Tan Bing Kyat anthurium variegata memerlukan perawatan khusus. Ia biasa menjemur tanaman variegatanya pada pagi hari selama 1—1,5 jam. Lama penjemuran tergantung warna variegata pada daun.
“Semakin banyak warna putih dan kuning maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk penjemuran. Jika terlalu lama maka akan mengakibatkan daun terbakar,” ujar Tan Bing Kyat. Sementara itu anthurium yang memiliki warna hijau saja memerlukan waktu penjemuran lebih lama yaitu 2 jam. Setelah dijemur di bawah sinar matahari Tan Bing Kyat meletakkan anthurium variegata di bawah paranet 65% dan plastik ultraviolet.
Selain penjemuran, penyiraman juga dilakukan setiap hari sekali. “Penyiraman pada sore rutin dilakukan hingga media, daun bagian atas, dan bawah basah. Selain itu, setiap pekan, tanaman disiram hingga media basah sempurna atau sampai air menetes dari bawah pot,” ujarnya. Menurut Nur, anthurium yang paling mudah dirawat adalah cobra catalog.
Warna daun cobra catalog jika diletakkan di bawah sinar matahari akan berubah menjadi kuning seperti jeruk lemon. Sementara jika diletakkan di tempat yang ternaungi akan mengeluarkan warna hijau segar. “Cobra catalog yang variegata juga memiliki harga yang mahal. Contohnya cobra variegata milik saya yang baru berdaun 4 namun sudah ditawar dengan harga Rp 10-Juta,” ujarnya. (Ian Purnama Sari)