Friday, March 29, 2024

Kasimpo, Tanaman Endemik Sulawesi Keluarga Jahe-jahean

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id — Masyarakat dunia memanfaatkan tumbuhan anggota famili Zingiberaceae secara tradisional sejak lama. Pemanfaatan tanaman itu terutama sebagai pemberi cita rasa, bahan minyak wangi, tanaman hias, bahan obat, makanan, minuman, dan bumbu masakan.

Menurut Prof. Dr. Ramadanil Pitopang, M.Si., Guru Besar Taksonomi Tumbuhan di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu, Zingiberaceae merupakan salah satu famili tumbuhan yang memiliki banyak manfaat bagi manusia.

“Oleh sebab itu, banyak botanis yang meneliti dan melaporkan tanaman anggota famili Zingiberaceae dari Sulawesi Tengah dan sekitarnya dalam 10 tahun terakhir,” kata Ramadanil.

Beberapa jenis tumbuhan anggota famili Zingiberaceae yang biasa dijadikan obat tradisional di Indonesia antara lain jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma longa), lengkuas (Alpinia galanga), kencur (Kaempferia galanga), kecombrang (Nicolaia speciosa), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), lempuyang (Zingiber aromaticum), dan temu giring (Curcuma heyneane).

Lebih lanjut, Ramadanil menyampaikan, masyarakat adat di Sulawesi memang lazim memanfaatkan tanaman jahe-jahean secara turun-temurun. Hasil riset Jurusan Biologi dan Farmasi Universitas Tadulako menunjukkan terdapat 24 jenis tumbuhan anggota famili Zingiberaceae digunakan secara tradisional oleh 3 etnis asli (Topo Baria, Topo Muma Toro, dan To Kaili) yang tinggal di sekitar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).

Sebanyak 8 jenis tanaman dikoleksi dari habitat alami dalam hutan dan 14 jenis tanaman ditemukan di habitat perkebunan. Adapun 4 tanaman merupakan jenis endemik Sulawesi, yakni Etlingera flexuosa Poulsen, Etlingera acanthodes Poulsen, dan Alpinia eremochlamys K. Schum.

Alpinia merupakan genus terbesar pada famili Zingiberaceae. Genus itu memiliki 230 spesies yang tersebar di Asia Tenggara hingga Australia. Penamaan Alpinia untuk mengenang ahli botani asal Italia, Prospero Alpino (1553–1616).

Masyarakat Topo Baria menyebut A. eremochlamys K. Schum sebagai kasimpo. Perawakan tanaman itu berupa herba terestrial setinggi 3–7 m. Hidup berkelompok atau berumpun di tanah gembur dan tanah berbatu dengan solum sedang, cukup bahan organik, dan di lembah.

Bunga kasimpo berada di ujung. Adapun buah berwarna hijau hingga hijau tua. Bentuk buah bulat berekor dengan tangkai anak buah yang pendek. Rizoma kasimpo kaku dan berdiameter 10–13 cm.

Habitat alami kasimpo di tepi hutan pegunungan TNLL pada ketinggian 1.200–1.800 meter di atas permukaan laut (m dpl). Berdasarkan kajian etnobotani, penduduk asli Topo Baria memanfaatkan kasimpo untuk berbagai keperluan. Daun A. eremochlamys K.Schum sebagai atap dan pembungkus makanan.

Berdasarkan evaluasi antimikrob, ekstrak daun dan rimpang A. eremochlamys K.Schum memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan sel Salmonella typhae, Staphylococcus aureus, dan ragi Candida albicans.

Hasil skrining fitokimia menunjukkan tanin dan saponin terdapat pada semua bagian tumbuhan. Daun dan batang A. eremochlamys K.Schum mengandung terpenoid, sedangkan flavonoid terdapat pada daun dan rimpang.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img