
Trubus — Menurut dosen di Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Wasrin Syafii, M.Agr., zat ekstraktif yang bersifat racun dan terdapat di dalam kayu memengaruhi tingkat keawetan. Jika melihat penampang kayu, di bagian tengah akan ada bagian yang berwarna gelap atau kayu teras. Ada pula bagian luar yang berwarna lebih terang atau kayu gubal.
Kayu teras pada umumnya lebih awet dibandingkan dengan kayu gubal. Di dalam kayu teras banyak zat ekstraktif yang bersifat racun, sedangkan di dalam kayu gubal banyak mengandung senyawa nutrisi yang justru berfungsi sebagai bahan makanan bagi mikroorganisme perusak kayu. Oleh karena itu, bagian kayu gubal lebih rentan terhadap serangan mikroorganisme.
Banyaknya zat ekstraktif yang menyebabkan tingginya keawetan kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis kayu, tempat tumbuh, umur pohon, dan musim. Menurut Wasrin kaitan memanen kayu dengan memperhatikan perputaran bulan yang dilakukan masayarakat adat Ngata Toro mungkin erat dengan memperhatikan musim. Doktor Kimia Kayu alumnus Universitas Tokyo, Jepang itu mengatakan, orang tua pada zaman dahulu lebih suka memanen bambu pada musim kemarau dibandingkan musim hujan.
Pada musim kemarau kandungan pati di dalam bambu lebih rendah, sehingga bambu lebih tahan dari serangan serangga. Menurut Wasrin ideal memanen kayu saat pohon dewasa. Diameter pohon yang tumbuh di hutan lebih dari 50 cm. Adapun untuk kayu dari hutan tanaman terutama jenis-jenis kayu cepat tumbuh, biasanya ditebang pada sekitar umur 20 tahun. (Muhamad Fajar Ramadhan)