Trubus.id—Serangan hawar daun menjadi momok bagi petani kentang. Serangan penyakit itu cukup sulit dikendalikan, apalagi saat musim hujan. Penyakit hawar daun disebabkan oleh cendawan Phytophthora spp.
Kunci utama kesuksesan budi daya kentang yakni tanah sehat, benih bermutu dan bersertifikat, serta teknik budi daya yang tepat. Pasalnya serangan penyakit memang menjadi ancaman terbesar petani kentang.
“Saya selalu melakukan tindakan preventif pada lahan untuk mencegah datangnya hama penyakit,” ujar Petani kentang di Desa Barusuda, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Muhammad Khudori.
Ia menanam varietas tahan Phytophthora infestans seperti Medians, AR 08, dan Granola. Petani kentang sejak 1997 itu rutin menyemprotkan fungisida berbahan aktif propamocarb hidroklorida dengan dosis 500 ml/ha.
Untuk klorotalonil dengan dosis 200 g/ha sejak tanaman berumur 15 hari setelah tanam (hst) hingga umur 90 hst. Aplikasi fungisida dilakukan rutin selama 3—4 hari sekali.
Agar lebih maksimal, kini Direktur Utama PT Horti Agro Makro itu menggunakan pengendalian hayati seperti Trichoderma sp. dan pupuk organik biosaka. Meskipun demikian, penggunaan bahan kimia aktif seperti fungisida masih menjadi senjata utama untuk menghalau penyakit kentang.
Pengendalian hayati dan kimia serta perawatan dan persiapan yang baik mengurangi serangan hawar daun di kebun Khudori. Pemanfaatan Trichoderma sp. untuk mengatasi serangan cendawan patogen terbukti pada riset Eirene Brugman dan rekan.
Peneliti dari Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, itu menguji penerapan solarisasi tanah dan penggunaan agen hayati (Trichoderma harzianum) untuk pengendalian hawar daun.
Solarisasi tanah merupakan teknik menutupi permukaan tanah dengan lembaran polietilen transparan selama musim panas. Tujuannya menangkap radiasi sinar matahari sehingga menaikkan suhu tanah.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan solarisasi tanah dapat menekan pertumbuhan patogen tular tanah. Hasil penelitian mengungkapkan solarisasi tanah selama 4 pekan meningkatkan suhu tanah sebesar 7,6oC dan secara nyata meningkatkan produksi kentang sebesar 14,28%.
Kesimpulan lainnya tingkat serangan patogen terendah pada perlakuan dosis T. harzianum 30 g/1.000 cm3 dan 40 g/1.000 cm3 . Dengan dosis itu pemberian agen hayati T. harzianum menekan tingkat intensitas serangan patogen P. infestans sebesar 87,61% dan laju penyakit hingga 0,044 unit/hari.
Eirene dan tim menyatakan, trikoderma melawan patogen secara langsung dan tidak langsung. Mikroparasitisme serta memproduksi enzim pemecah dinding sel dan senyawa antimikrob merupakan cara langsung trikoderma mengatasi cendawan patogen.
Adapun cara tidak langsung trikoderma melawan patogen yakni dengan kompetisi nutrisi dan tempat, memodifikasi lingkungan tumbuh, dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Tim peneliti mengungkapkan bahwa mekanisme parasitisme trikoderma dengan penetrasi langsung ke dinding sel patogen atau hifa patogen untuk mengambil isinya. Kepadatan populasi trikoderma yang bekerja secara antagonis terhadap fitopatogen memengaruhi aktivitas P. infestans.
Foto: