Trubus.id—Pekebun kurma di Desa Gondang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, Achmad Sabiqi berhasil mencetak kurma organik dengan harga fantastis.
“Harga kurma muda alias ruthob organik mencapai Rp400.000 per kg, itu lebih tinggi dibandingkan dengan ruthob yang beredar di pasar hanya Rp150.000 per kg,” ujar pekebun sekaligus pendiri komunitas Kurma Kediri itu.
Sebanyak 400 pohon kurma tropis varietas KL-1 ia tanam di sepanjang jalan dan lahan kosong milik warga. Ia sengaja melakukan budi daya secara organik untuk menaikkan kualitas buah.
Menurut Achmad buah kurma hasil budi daya organik mampu bertahan hingga 45 hari pada suhu kamar setelah panen. Bandingkan dengan jenis kurma ruthob lainnya hanya bertahan hingga 28 hari setelah panen.
Achmad menanam kurma dengan jarak tanam 9 m x 9 m. Ia memberikan pupuk organik berupa 10 kg pupuk campuran kompos kotoran sapi dan kambing per tanaman. Pemberian pada masa pertumbuhan, yakni hingga umur 4 tahun. Frekuensi pemupukan setiap empat bulan.
Saat tanaman berumur lebih dari 4 tahun, ia meningkatkan dosis pupuk menjadi 25 kg per pohon dengan frekuensi pemberian yang sama.Pekebun ramah itu juga menambahkan pupuk organik cair (POC) racikan sendiri. Ia melarutkan 100 ml POC ke dalam 10 liter air untuk mengocor satu pohon. Frekuensi pemberian setiap dua pekan sekali.
Penyiraman dilakukan pada pukul 16.00, setiap pohon mendapat jatah 25—50 liter air per hari. Achmad juga memberikan pestisida alami untuk mencegah serangan hama. Bahan yang digunakan berupa daun gadung (Dioscorea hispida), daun tuba (Derris elliptica),dan daun kihujan (Samanea saman). Aplikasi dengan cara kocor dan semprot.
Upaya yang dilakukan Achmad mampu menghasilkan buah kurma yang bercita rasa gurih, manis, dan masam. Sejumlah importir tertarik dengan hasil kurma organik produksi Achmad. Permintaan datang dari Jepang, Korea Selatan, dan Brunei Darussalam. Sayangnya, permintaan ekspor belum bisa terpenuhi lantaran produksi buah masih sedikit.
