Saturday, September 14, 2024

Melon Tanpa Amuk Fusarium

Rekomendasi
- Advertisement -
Fusarium salah satu penyakit utama budidaya melon.
Fusarium salah satu penyakit utama budidaya melon.

Kombinasi mulsa dan Trichoderma atasi serangan Fusarium pada melon.

Derasnya air hujan bagai tirai raksasa menjuntai dari langit. Beberapa jam kemudian langit kembali cerah. Khamim segera menengok penanaman melon yang menjadi penopang ekonomi keluarga. Tanaman anggota famili Cucurbitaceae itu sehat, segar, tidak terlihat ada batang patah atau tanaman tumbang. Khamim pun pulang. Ia tidak menyiram seperti yang dilakukan petani lain.

Menurut perhitungan pekebun melon di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, itu air hujan sudah cukup memenuhi kebutuhan air tanaman. Keputusan itu berujung pada penyesalan. Sepekan kemudian Khamim melihat daun tanaman menguning, tulang daun memucat berwarna keputihan, dan tanaman layu terkulai. Bukan cuma satu dua tetapi hampir separuh jumlah tanaman di lahan 1 hektar.

Produk trichoderma di pasaran.
Produk trichoderma di pasaran.

Serangan dari dalam
Khamim pun membongkar tanah di sekitar lubang tanam untuk mengetahui penyebab tanaman sakit. Ia melihat akar membusuk dan berwarna kecokelatan. Saat memotong batang tanaman terlihat lingkaran cokelat kehitaman berbentuk cincin di bagian dalam batang. Dosen di Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Liliek Sulistyowati, menduga itu serangan cendawan Fusarium oxysporum, penyebab penyakit utama tanaman melon.

Spora fusarium tersebar di permukaan tanah. Melalui serangga, sapuan angin, dan percikan air spora terbawa ke tanaman inang. Cendawan itu membentuk klamidospora yaitu spora aseksual bersel satu yang berdinding tebal dan memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap keadaan lingkungan yang buruk. Spora itu dapat bertahan hingga 30 tahun di dalam tanah. Saat menemukan inang, ia menginfeksi tanaman dengan cara menembus jaringan di dasar batang.

Penetrasi dapat terjadi pada bagian tanaman tanpa ada luka sebelumnya dan akan semakin mudah bila melalui luka. Serangan pada batang menyebabkan tanaman tidak dapat menyerap unsur hara dan air. Berkas pembuluh pengangkut makanan hasil fotosintesis membusuk karena cendawan menggunakannya sebagai inang dan sumber makanan. Akibatnya tanaman layu terkulai.

Sayangnya, petani kerap terlambat mendeteksi serangan fusarium karena masa inkubasinya waktu lama. Saat cendawan mulai masuk dan mengambil alih jaringan transportasi nutrisi, tanaman tetap terlihat sehat. Namun, saat gejala muncul di daun dan batang, berarti serangan sudah cukup parah. Penyakit itu biasa menyerang saat fase vegetatif. Tanaman yang terserang hebat akan segera layu dan mati.

Tanaman yang bertahan terganggu pertumbuhan dan perkembangan buahnya. “Serangan penyakit layu fusarium sangat memukul perekonomian petani melon. Saat tanaman yang bertahan berbuah, hasilnya kecil-kecil bahkan kadang rontok saat pentil,” kata Khamim. Kondisi itu mendorong Liliek Sulistyowati dan rekan melakukan penelitian. Mereka menggunakan mulsa plastik hitam perak dan Trichoderma sp.

Kuncinya di tanah
Cendawan Fusarium sp disinyalir banyak berkembang di lingkungan tanah yang lembap. Periset menggunakan mulsa yang diinokulasi Fusarium sp dengan pengendalian menggunakan Trichoderma. Sebagai pembanding perlakuan tanpa mulsa tanpa Trichoderma. Proses penelitian dimulai dari pengolahan lahan, membuat guludan, dan memasang mulsa plastik di atasnya.

Kemudian mereka memberikan Trichoderma ke tanah. Penyiraman dilakukan 7 hari sebelum tanam supaya cendawan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Penanaman dilakukan saat tanaman berumur 7 hari dari persemaian. Selanjutnya adalah inokulasi Fusarium ke lahan 7 hari setelah tanam. Kemudian peneliti mulai mengamati seluruh proses selama 65 hari.

Hasil penelitian mereka, Liliek beserta Nilasari Martha Dewi dan Abdul Cholil, menunjukkan penggunaan mulsa dan pengendalian menggunakan Trichoderma dapat menghambat intensitas penyakit layu fusarium pada melon. Kemampuan Trichoderma menghambat pertumbuhan patogen tular tanah cukup tinggi. Itu karena Trichoderma mampu menguasai sistem perakaran tanaman sehingga Fusarium sulit melakukan penetrasi.

Penggunaan mulsa merupakan suatu alternatif dalam memodifikasi lingkungan pertanaman guna menghambat petumbuhan cendawan F. oxysporum. “Cendawan sangat peka terhadap perubahan suhu. Ia berkembang pada suhu tanah 21­—33°C, pada suhu 18—22°C patogen akan sedikit menginfeksi. Ia menjadi virulen pada suhu 25—28°C, sedangkan pada suhu 38°C selama beberapa hari cendawan mati,” ujar Liliek Sulistyowati.

Liliek Sulistyowati, kombinasi pemakaian mulsa dan pemanfaatan Trichoderma ampuh atasi Fusarium.
Liliek Sulistyowati, kombinasi pemakaian mulsa dan pemanfaatan Trichoderma ampuh atasi Fusarium.

Cegah serangan
Kini semakin mudah memperoleh Trichoderma karena tersedia kemasan siap pakai. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur di Malang membuat Trichocompos yaitu pupuk kompos mengandung Trichoderma untuk mengatasi penyakit tular tanah.

Universitas Brawijaya mempunyai FastDec berisi bakteri dekomposer pembentuk pupuk hayati. Balai Besar Penelitian Pertanian, Lembang, Bandung mengeluarkan panduan membuat biofungisida Trichoderma secara mandiri berbahan baku beras. “Bahan bakunya mudah didapat di lingkungan sekitar, teknologinya juga sederhana sehingga petani mampu memecahkan permasalahan penyakit tular tanah,” ujar Neneng Ida Farida, SP., MP dari BBPP, Lembang.

Pekebun melon berdomisili di Muarakarang, Jakarta Utara, Tatang Halim, “Menyiram Trichoderma buatan sendiri pada 10 hari sebelum tanam dan menggunakan mulsa. Hasilnya, serangan cendawan Fusarium terkendal.” (Muhammad Hernawan Nugroho)

Membuat Trichoderma dari Beras

COVER 1.pdfBahan:
1. Cendawan induk Trichoderma (F0)
2. Beras
3. Air murni
4. Alkohol

Alat :
1. Plastik bening
2. Kompor
3. Panci
4. Sendok
5. Wadah/nampan

Cara membuat:

  1. Masak beras menjadi 1/3 masak (selama 10 menit).
  2. Dinginkan pada wadah nampan yang telah disediakan.
  3. Masukkan beras ke dalam plastik bening. Isi setiap plastik dengan beras 3 sendok makan.
  4. Sterilkan plastik berisi beras dengan cara dikukus selama 10 menit.
  5. Dinginkan lagi pada nampan hingga benar-benar dingin.
  6. Sterilkan sendok dan tangan kita dengan menggunakan alkohol.
  7. Gunakan sendok steril untuk mengambil bahan induk cendawan Trichoderma.
  8. Isi setiap 1 kantong plastik berisi beras yang telah dikukuskan dengan 1/3 sendok bahan induk cendawan Trichoderma.
  9. Kocok agar cendawan Trichoderma merata tercampur.
  10. Streples ujung plastik yang terbuka untuk hindari binatang kecil masuk ke dalam plastik.
  11. Diamkan pada wadah nampan selama 14 hari.
  12. Jika proses yang kita lakukan baik dan benar maka setelah 14 hari media beras di atas akan berubah warna menjadi warna hijau yang merata.
  13. Trichoderma (F1) ini sudah siap untuk digunakan, dan masih bisa diturunkan menjadi F2 dan berakhir pada F3.
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Belantara Foundation Gelar Webinar Internasional Bertajuk Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan

Trubus.id–Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi FMIPA, Prodi Pendidikan Biologi FKIP, dan Lembaga...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img