Trubus.id— Di kalangan masyarakat Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kopi excelsa sohor dengan sebutan kopi nangka.
Menurut prosesor kopi di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Aris Mawardi, menuturkan bahwa aroma kopi excelsa seperti nangka. Kopi beras atau green beans excelsa berwarna kekuningan.
“Itulah sebabnya kopi excelsa oleh masyarakat Banyuwangi disebut kopi nangka,” kata prosesor kopi sejak 2005 itu. Menurut Aris excelsa sohor dengan cita rasa masam. “Penikmat kopi baru kerap salah menebak, karena cita rasa excelsa yang masam mirip dengan arabika,” kata Aris.
Namun, pencicip kopi profesional pasti bisa membedakan antara excelsa dan arabika. “Excelsa sebetulnya bercita rasa lebih masam dibandingkan dengan arabika,” kata Aris. Oleh sebab itu, tidak semua pencinta kopi bisa tahan dengan cita rasa masam excelsa.
Para penggemar menjadikan excelsa sebagai bahan campuran house blend atau kopi campur. Aris kerap mencampur antara robusta dan excelsa dengan perbandingan 2:1 hingga 3:1. Campuran kopi yang lebih dominan robusta.
Aris mengatakan, “Meskipun robusta dominan, rasa masam pada excelsa amat berpengaruh pada cita rasa menjadikan campuran kopi itu menjadi unik.” Harap mafhum, cita rasa robusta dominan pahit meskipun pengolahan dengan cara natural atau full wash.
Menurut Aris penambahan kopi excelsa membuat cita rasa kopi terasa makin mewah seperti arabika. Roaster atau penyangrai kopi di Banyuwangi, Dwi Muji Prasetyo, pun kerap menggunakan excelsa sebagai bahan kopi campuran. Ia meracik 70% robusta, 20% arabika, dan 10% excelsa.
Dwi kerap mencampur 3 jenis kopi itu saat hendak melakukan grinding atau mengolah menjadi kopi bubuk. Artinya, ketiga kopi diracik dalam bentuk biji kopi sangrai. Menurut Aris populasi excelsa di satu hamparan kebun di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, rata-rata hanya 5—10% dari keseluruhan populasi di lahan.
Tanaman yang berasal dari sambung atau grafting panen perdana pada umur 3 tahun, sementara tanaman dari biji baru berproduksi pada umur 5 tahun. Adapun ciri lain excelsa ukuran kopi beras lebih kecil 20—30% dibandingkan dengan robusta.
Riset peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka), Dr. Ir. John Bako Baon, M.Sc., menyatakan bahwa kopi excelsa dapat digunakan sebagai batang bawah karena mempunyai sifat perakaran yang kuat, tahan terhadap nematoda dan lahan gambut.
Kopi excelsa (Coffea liberica var. dewevrei) secara taksonomi tergolong dalam subseksi Pachycoffea, satu kelompok dengan kopi liberika (Coffea liberica) dan masuk dalam kelompok Liberoid. Jadi, berbeda kelompok dengan kopi arabika (Arabikoid) maupun kelompok kopi robusta alias Robustoid.