Trubus.id— Tren membuat rumah walet di Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur kian ramai 10 tahun terakhir. Keruan saja daerah yang tersohor dengan sebutan Maldives van Borneo itu menjadi salah satu sentra produksi sarang burung walet.
Sayang makin banyak rumah walet kasus pencurian di rumah walet pun kian marak. Menurut salah satu warga Kecamatan Talisayan, Achmad Miftachul Huda, S.Si., hampir tiap pekan atau bulan selalu ada kasus pencurian.Harap mafhum, harga sarang walet yang tinggi menjadi salah satu faktor pemicu pencurian.
“Kini harga di tingkat pemilik gedung Rp7 juta—Rp8 juta per kg. Sementara harga sarang walet kualitas super (berbentuk mangkuk) Rp10 juta per kg,” kata Miftah yang memiliki 1 rumah walet berukuran 8 m x 11 m terdiri atas 4 lantai.
Tidak heran kerugian pencurian sarang walet pun mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Miftah tergugah mencari solusi untuk mengatasi permasalahan di kampung halaman.
Oleh karena itu alumnus Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, itu membuat sensor untuk meningkatkan keamanan di gedung walet.
Sensor ultrasonik itu mendeteksi gerakan dan diletakkan di dekat pintu masuk atau akses jalan antarlantai. Ia mengintegrasikan sensor dengan alarm dan modul SIM800L.
Saat ada yang melewati sensor otomatis alarm berbunyi, kemudian modul perangkat tambahan memberikan pesan dalam bentuk short message service (SMS) pada ponsel pemilik gedung.
“Alarm sebagai pencegahan agar pencuri panik kemudian kabur, sedangkan SMS bersifat kuratif,” kata Miftah.
Harap mafhum, rumah walet lazimnya jauh dari pemukiman sehingga perlu pengamanan. Adanya sensor membuat pemilik gedung tidak waswas karena ada sistem pengamanan.
Lantas bagaimana jika pekerja atau pemilik rumah walet masuk sekadar mengecek atau memperbaiki? Menurut Miftah sensor bisa dimatikan terlebih dahulu hingga kegiatan di rumah walet selesai.
Kelebihan lain sensor kreasi Miftah bisa diintegrasikan dengan alat pengaturan suhu dan kelembapan otomatis. Satu sensor terintegrasi untuk kemanan dan pengaturan lingkungan.
“Bisa diatur sesuai dengan suhu dan kelembapan ideal,” kata Miftah.
Saat suhu lebih dari 30°C maka alat menyalakan kipas untuk menurunkan suhu rumah walet. Peranti juga otomatis mati saat suhu kurang dari 30°C. Saat kelembapan kurang dari 70% maka alat menyalakan pengabut untuk menaikkan kelembapan dan otomatis mati saat kelembapan lebih dari 70%.
Pemilik rumah walet dapat memonitoring suhu dan kelembapan dengan SMS. Saat alat menerima SMS maka alat membalas dengan SMS berisi data suhu dan kelembapan.
Miftah menambahkan, kebutuhan daya listrik sensor itu relatif rendah hanya 12 volt. Lantas berapa biaya pembuatan perangkat? Hitung-hitungan kasar Miftah harga seperangkat alat dan sensor sekitar Rp5 juta per unit.
Idelanya setiap lantai gedung walet memiliki 1 unit peranti itu. Hal itu tetap ekonomis mengingat faedah dan potensi harga jual sarang yang tinggi.
“Pemakaian alat masih digunakan di rumah walet sendiri,” kata Miftah.