Layu pisang penyakit mematikan. Mengkudu ampuh mengendalikannya.
Ahmad Saiful ingat persis ketika tanaman pisang yang masih muda tiba-tiba layu. Daun masih hijau. Sementara tanaman yang lebih tua, daun-daun menguning mulai dari daun muda, kemudian seluruh daun terkulai. “Pada buah pisang yang terserang, bagian yang seharusnya berisi daging buah menjadi berisi cairan kental berwarna merah kecokelatan. Kalau sudah seperti itu, jelas tidak bisa dijual,” ujar petani di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, itu.

Celakanya bukan hanya satu-dua tanaman yang terserang penyakit mematikan itu. Dari total 1.500 tanaman di lahan 2 hektare hanya tersisa 150 yang luput dari serangan bakteri Ralstonia solanacearum pada 2013. Serangan penyakit layu pisang atau blood disease bacterium itu memorak-porandakan ekonomi Saiful. Meski demikian, pria 48 tahun itu tak jera menanam pisang.
Buah mengkudu
Menurut peneliti dari Badan Penelitian Buah Tropika, Dr Agus Sutanto MSc, intensitas serangan penyakit layu pisang di Provinsi Sumatera Barat paling tinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. “Diperkirakan lebih dari 60% areal pertanaman pisang di Sumatera Barat sudah terserang layu. Serangan paling berat di Kabupaten Tanahdatar, Solok, Agam, dan Kotamadya Bukittinggi,” ujar Agus.
Menurut Agus penyakit itu menghancurkan hampir 8 juta rumpun pisang setara dengan luasan 8.000 ha pada 2013. Petani menempuh berbagai upaya untuk mengatasi penyakit itu. Petani menyemprotkan insektisida sistemik ketika tanaman berbunga. Itu untuk mencegah penularan penyakit darah melalui serangga yang mengisap nektar bunga. Namun, berbagai upaya itu belum efektif.
Agus mengatakan, Balitbu Tropika tengah mengembangkan pemanfaatan agen antagonis seperti Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sustilis dengan atau tanpa kompos. “Aplikasi saat tanam dan secara periodik selama pertumbuhan tanaman,” ujar alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Periset lain, Husna Fikriya Baroroh, Luqman Qurata Aini, dan Abdul Latief Abadi merintis pengendali bakteri penyebab layu dari buah mengkudu Morinda citrifolia.

Peneliti di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Universtas Brawijaya itu tertarik pada buah mengkudu karena mengandung senyawa antibakteri, yaitu antrakuinon, alkaloid, flavonoid, akubin, dan alizarin. Senyawa aktif itu mampu melawan mikroorganisme patogen. Husna dan kawan-kawan meneliti di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Universitas Brawijaya hingga Februari 2014.
Antibakteri
Para peneliti menguji sensitivitas antibakteri pada ekstrak buah mengkudu 30%, 60%, dan 90%. Selain itu mereka juga memanfaatkan ekstrak daun 30%, 60%, dan 90%. Kontrol terdiri atas akuades, alkohol 96%, dan streptomisin atau obat pabrikan antibakteri. Adapun uji penekanan pertumbuhan layu dengan menginjeksikan antibakteri yang disertai inokulasi bakteri pada pisang—dosis perlakuan sama antara ekstrak buah dan daun.
Mereka mengulang pengujian 3 kali dan mengamati selama 3 hari. Uji sensitivitas antibakteri dengan mengukur zona bening atau zona hambat di sekitar lubang sumuran menggunakan jangka sorong secara vertikal dan horizontal. Hasilnya tidak adanya berpengaruh terhadap penghambatan bakteri pada perlakuan kontrol. Streptomisin mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
Ekstrak daun mengkudu menghambat pertumbuhan bakteri. Dosis 90% ekstrak daun menghambat 11,53 mm. Zona hambat itu lebih lebar jika dibandingkan dengan ekstrak daun 60% dan 30%. Pada perlakuan ekstrak buah, dosis 90% juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri paling besar, yaitu 22,10 mm. Itu menunjukkan bahwa ekstrak daun dan buah sama-sama berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Rasltonia.

Uji penekanan pertumbuhan penyakit pada buah pisang juga menggembirakan. Tingkat kerusakan pada perlakuan ekstrak buah mengkudu konsentrasi 90% relatif kecil yaitu 18,13%. Gejala yang muncul adalah adanya warna cokelat muda di sekeliling plasenta buah yang merupakan persebaran ekstrak. Itu menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu berkonsentrasi 90% efektif menekan pertumbuhan bakteri pada buah pisang.
Cegah bakteri
Menurut dosen di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Andalas, Ir Winarto MS, untuk mengatasi bakteri bersifat patogen oportunitis, cara paling jitu adalah menjaga kestabilan daya tahan tubuh tanaman. Mengkudu memberikan bantuan dalam menjaga kestabilan daya tahan tubuh terhadap bakteri ini. “Zat antrakuinon pada mengkudu merupakan senyawa fenolik yang bekerja seperti zat fenol sebagai antibakteri yang menghambat perkembangan bakteri dengan mendenaturisasi protein,” kata Winarto.
Denaturisasi merupakan proses penghilangan struktur tersier dari protein atau asam nukleat (DNA) melalui senyawa kuat atau penerapan tekanan sehingga mengganggu aktivitas sel dan mengakibatkan kematian sel. Zat antrakuinon menghalangi proses penyebarannya menuju sel lain hingga bakteri itu mati bersamaan dengan sel yang terinfeksi. Ia mengungkapkan, senyawa lain dalam buah mengkudu alkaloid dan saponin.

Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada itu mengatakan, alkaloid mengganggu komponen susunan sel bakteri, sehingga tidak akan berkembang sempurna dan mudah untuk diserang oleh antibakteri. Saponin senyawa glikosida sterol yang berperan dalam menghambat fungsi membran sel bakteri dengan merusak kemampuan sel dalam menembus sel sehat sehingga dinding sel bakteri mengalami kehancuran dan pada akhirnya luruh.
Menurut Agus Sutanto pencegahan paling penting karena bakteri penyebab penyakit darah pada pisang Musa paradisiaca mempunyai cara penularan dari berbagai media. ”Pencegahan dengan menggunakan bibit yang sehat bebas dari bakteri. Jika menggunakan anakan maka dianjurkan untuk mengambil anakan dari rumpun sehat yang terletak minimal radius 20 m dari rumpun,” ujar Sutanto. (Muhammad Hernawan Nugroho)