Friday, March 29, 2024

Menikmati Laba Merpati dan Lele

Rekomendasi
- Advertisement -
Empat kolam lele berukuran 3 meter x 2 meter untuk pendederan di Taman Dramaga Hijau, Bogor, Jawa Barat.
Empat kolam lele berukuran 3 meter x 2 meter untuk pendederan di Taman Dramaga Hijau, Bogor, Jawa Barat.

Anantha Zakharia mengawali hari dengan menebar pakan merpati hias. Pemuda 29 tahun itu beternak merpati hias sejak 2013. Ia tertarik memelihara merpati hias karena keunikan dan kecantikannya. Semula ia membeli 20 burung dari anggota Komunitas Merpati Hias Indonesia (IFPC) dengan harga total Rp15-juta. Jenisnya antara lain balon, buring kecil, dan kipas masing-masing 2 pasang.

Ia kemudian fokus memelihara dua jenis untuk penangkaran yaitu santinet dan french mondain. Alasannya kedua jenis itu masih jarang di Indonesia. Kini ia memiliki 30 kandang berukuran 1 meter x 1 meter. Setiap kandang diisi induk jantan dan betina. Santinet yang bersal dari Turki itu merupakan merpati paruh pendek, berjambul, dan memiliki bulu yang menyerupai dasi di daerah dada. Sayapnya bermotif batik dan berbulu di bagian kaki.

Bisnis baru

Anakan merpati hias jenis santinet dijual dengan harga Rp1-juta—Rp2,5-juta.
Anakan merpati hias jenis santinet dijual dengan harga Rp1-juta—Rp2,5-juta.

French mondain merupakan jenis jumbo dengan panjang 32 cm—34 cm, tinggi 28 cm—30 cm, sedangkan bobot mencapai 1 kg. Di negara asalnya, Perancis, merpati itu dikembangkan menjadi merpati pedaging karena berukuran jumbo. Anantha mampu memasarkan rata-rata 2—4 pasang per bulan. Peternak kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, 27 November 1986 itu menjual burung berumur 2 bulan.

Harga sepasang anakan santinet berumur dua bulan Rp1-juta—Rp2,5-juta; french mondain mencapai Rp5-juta. Ia memasarkan merpati hias itu melalui para anggota komunitas. Omzet Anantha dari perniagaan merpati hias rata-rata Rp5-juta per bulan. “Memang belum terlalu besar karena masih tergolong usaha baru,” ujar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan itu. Anantha mengaku tidak kerepotan menjalankan bisnis keduanya itu karena hanya perlu meluangkan waktu kurang dari 1 jam untuk memberi pakan.

Lele sangkuriang menjadi varietas unggulan Anantha dan rekan.
Lele sangkuriang menjadi varietas unggulan Anantha dan rekan.

Selain merpati hias, Anantha juga mengelola 4 kolam lele di Taman Dramaga Hijau, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Anak ke-2 dari 3 bersaudara itu tertarik membudidayakan ikan sejak awal kuliah, yakni pada 2003. “Saya melihat peluang bisnisnya bagus, karena banyak permintaan ikan konsumsi belum terpenuhi,” ujarnya.

Semula Anantha dan rekan membuat 10 kolam dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kolam sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan. Enam kolam berukuran 6 meter x 6 meter untuk pembesaran lele, 3 kolam berukuran 10 m x 12 m untuk nila dan patin, dan sebuah kolam berukuran 10 m x 10 m untuk gurami. Tahun pertama, ia menebar masing-masing 5.000 benih nila dan lele, 2.000 benih gurami, dan 1.000 benih patin.

Anantha mengatakan, “Kami sengaja menebar 4 jenis ikan, untuk mengetahui ikan yang lebih cocok kami kembangkan.” Ternyata bisnis ikan tidak semudah yang dibayangkan. “Tahun pertama kami rugi hingga Rp10-juta. Itu karena kami belum punya ilmu yang cukup untuk budidaya ikan,” ujar Anantha. Banyak benih yang mati karena kandungan oksigen dalam air terbatas.

30 kadang siap menampung ratusan merpati hias.
30 kadang siap menampung ratusan merpati hias.

Namun, mereka tidak menyerah. Setelah belajar, tahun berikutnya mereka memilih untuk membudidayakan lele. Selain cara budidayanya lebih mudah, waktu panen juga lebih singkat. “Lele dapat dipanen setiap tiga bulan sekali, sedangkan gurami harus menunggu satu tahun,” ujar Anantha. Pilihan Anantha dan rekan ternyata tepat karena permintaan terus berkembang. Pada 2013 ia menambah masing-masing 4 kolam pendederan (berukuran 2 m x 3 m) yang kini ia kelola sendiri.

Untuk menghasilkan bibit mereka membuat 60 kolam di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 2015. Seluruh kolam itu khusus untuk menghasilkan benih. “Kami punya 200 indukan lele yang dapat menghasilkan 100.000 anakan setiap bulan,” ujar Anantha. Ia memindahkan benih berukuran 1—2 cm ke kolam pendederan. Anantha menebar 10.000 benih di setiap kolam atau 40.000 bernih sekali tebar.

Menurut Mulyadi, rekan Anantha, perlu 2 bulan sampai lele berukuran 3—7 cm. Setelah itu, lele dipindahkan ke kolam pembesaran. “Kerap pula ikan itu langsung kita jual,” ujarnya. Omzet penjualan lele berukuran 3—7 cm sekitar Rp6,5-juta per bulan. Selain itu Anantha dan rekan memanen 500—800 kg per pekan atau 2—3 ton per bulan. Menurut Mulyadi target tahun 2016 menghasilkan 10 ton lele per bulan.

Mereka memanen lele berukuran 100 gram—160 gram per ekor. Para pengusaha muda itu memasarkan lele ke pengepul di Bogor. Harga jual pada Februari 2016 mencapai Rp17.000 per kilogram. Dengan demikian omzet penjualan lele mencapai Rp8,5-juta—Rp13-juta per bulan. Selain menjadi pengusaha lele dan merpati, Anantha juga menjadi distributor makanan ringan dan dosen sebuah perguruan tinggi. (Ian Purnama Sari)

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img