Sunday, July 13, 2025

Menjaga Fikus Demi Masa Depan Terurus

Rekomendasi

Trubus.id—Semula semak setinggi 3—4 m menghuni zona penyangga (buffer zone) Cagar Alam (CA) Manggis Gadungan pada November 2019. Kini beragam fikus menghuni area sekitar 50 m yang mengelilingi cagar alam  di Desa  Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, itu.

Itulah kawasan Pusat Ficus Nasional (PFN) yang diresmikan pada Maret 2022. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saat itu, Wiratno, menghadiri penandatangan deklarasi dan peresmian PFN.

“PFN merupakan pusat fikus pertama dan salah satu tempat koleksi fikus terbesar di Indonesia,” kata salah satu pendiri PFN, dr. Ari Purnomo Adi.

Saat ini tertanam sekitar ribuan fikus dari 20 spesies di PFN dan populasinya cenderung bertambah setiap tahun. Meski mengoleksi beragam fikus dari berbagai daerah di Indonesia, PFN hanya menanam fikus lokal.

“Spesies bukan lokal kita tanam di kebun koleksi,” kata Ari.

Relawan-relawan PFN memiliki kebun koleksi. Pemilihan fikus lokal untuk menghindari kehadiran spesies invasif yang bisa memengaruhi ekosistem di CA Manggis Gadungan. Apalagi penanaman fikus berada di kawasan lindung yang harus terjaga kelestariannya.

Sebelum PFN berdiri, Ari memang aktif sebagai relawan yang menjaga kawasan lindung hutan, mata air, dan sungai. Ia dan rekan aktif dalam penanaman pohon sejak 2014. Sayang angka keberhasilan bibit yang ditanam saat itu tidak terlalu bagus.

“Jadi, kalau tanam itu keberhasilan tahun pertama baru 60%, tahun kedua 40%, dan tahun ketiga tinggal 20%,” kata Ari.

Kondisi itu tentu merugikan dari segi bibit dan tenaga. Pengalaman bertahun-tahun itulah yang mengantarkan Ari dan rekan untuk memilih fikus sebagai tanaman konservasi.

Direktur PFN, Eko Widodo, S.P. mengatakan, terdapat sekitar 850 jenis fikus di dunia. Jumlah itu belum termasuk kultivar yang berkembang. Di Indonesia ada 220—250 jenis fikus.

Tanaman leses di Pusat Ficus Nasional. (Dok. Suprihadi

Ia menuturkan sementara jenis fikus di Pulau Jawa saja ada sekitar 80 jenis. Saat ini Kediri memiliki sekitar 66 jenis fikus yang berada di PFN atau kebun koleksi relawan PFN.

“Fikus itu bukan endemik Kediri, tetapi berasal dari berbagai daerah di Indonesia,” ujar Eko.

“Fikus itu sumbangan dari teman-teman di daerah,” kata Eko. Ia pernah menerima kiriman bibit  fikus asal Padang, Provinsi Sumatra Barat, dan Papua.

Berdirinya PFN makin mengobarkan semangat para pencinta  fikus untuk melestarikan tanaman itu. Apalagi sebelum PFN berdiri, sudah ada komunitas Masyarakat Ficus kreasi dosen di Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Nasih Widya Yuwono, S.P., M.P., di media sosial.

Ari dan rekan yang menerjemahkan aksi komunitas Masyarakat Ficus di media sosial ke dunia nyata. PFN pun menjadi salah satu pusat pembelajaran fikus di tanah air.

Untuk mengetahui jenis  fikus yang sudah terdata, masyarakat bisa mengunjungi laman daring https://maficusid.wordpress.com/.

Laman itu merupakan karya dosen Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Dr. Karyadi Baskoro, S.Si, M.Si. Semua pihak tergerak mengembangkan fikus demi masa depan yang lebih bagus.

Artikel Terbaru

Menanam Melon Eksklusif Bermedia Air

Trubus.id—Muria Farm sukses membudidayakan melon premium seperti melon Jepang, Dalmatian, Inthanon, dan Jonetsu. Pemilik Muria Farm, Deni Saputra, menggunakan...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img