Trubus.id — Berdasarkan data dari International Union of Conservation for Nature (IUCN),teripang pasir Holothuria scabra menjadi salah satu hewan laut yang terancam punah. Oleh karena itu, Prof. Etty Riani, peneliti IPB University, menciptakan inovasi teknik budidaya teripang pasir.
Teripang pasir merupakan komoditas ekspor. Namun, akibat penangkapan berlebih, pencemaran, dan habitatnya yang semakin tersisih mengakibatkan populasi teripang pasir terus mengalami penurunan.
Teripang pasir memiliki beragam manfaat. Di antaranya kerap digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan farmasi. Misalnya sebagai bahan aphrodisiac, antimenopause, antiosteoporosis, antidiabetes, hingga anti-aging dan berbagai khasiat lainnya.
Prof. Etty Riani sejak ‘90-an hingga sekarang telah melakukan berbagai penelitian. Mulai dari sisi ekologi, manfaat bahan aktifnya hingga kontaminasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Belakangan ini, ia juga mencoba melakukan penelitian cemaran mikroplastik pada teripang pasir.
“Teripang merupakan hewan yang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang semakin buruk akan menurunkan kemampuan teripang untuk regenerasi,” jelasnya, seperti dikutip dari laman IPB University.
Lingkungan yang semakin memburuk mengakibatkan populasi teripang pasir akan semakin terdesak. Reproduksinya juga akan terganggu, selain eksploitasi besar-besaran.
Kekhawatiran dan kepedulian dirinya terhadap menurunnya populasi teripang pasir menjadi dasar inisiasi kerja sama antara IPB University dan sejumlah lembaga lain seperti Kelompok Salterai dan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tual, Direktorat Jenderal (Ditjen) Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta pemerintah daerah setempat.
“Tidak ada jalan lain selain budidaya, mencari trik budidaya, pemulihan dan pembesaran. Karena teripang sebagai bahan baku farmasi, maka tidak boleh dilupakan bahwa habitatnya jangan sampai tercemar sehingga akan terjadi kontaminasi logam berat dan mikroplastik. Untuk itu, kami berusaha melakukan terobosan mulai dari pembenihan hingga pembesaran dan dikembangkan dengan agar bebas B3,” tuturnya.
Bersama Pertamina dan Kelompok Salterai yang berada di Kepulauan Kei-Tual, Prof. Etty dan peneliti IPB University lainnya berusaha membangun demplot untuk budidaya pembenihan dan pembesaran. IPB University juga bekerja sama dengan Kwansei Gakuin University di Osaka Jepang dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk penelitian B3 dan mikroplastik pada teripang.
Melalui penelitian yang dilakukan, itu merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan lagi kejayaan Tual sebagai lokasi penghasil teripang. Pasalnya, dulu kuantitas dan kualitas teripang di lokasi ini merupakan salah satu yang terbaik. Hal itu coba ditularkan ke lokasi lain.
Teknik pembenihan teripang dan budidaya pembesarannya diimplementasikan bersama Kelompok Salterai. Bantuan dana corporate social responsibility (CSR) dari PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tual juga digunakan untuk membuat demplot budidaya. Teknik dan demplot budidaya teripang ini bahkan dikabarkan akan segera dipatenkan.