Trubus.id — Eksportir tanaman hias di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Furkon Hidayat, mengaku kebanjiran pesanan ekspor saat pandemi. Pada awal 2020, ia mengirim hingga 10 paket setiap bulan ke Amerika Serikat dengan harga per paket rata-rata US$800 atau Rp12,5 juta (US$1 setara Rp15.607).
Selain ekspor, Vatek—panggilan akrab Furkon—juga melayani jasa pembuatan sertifikat fitosanitari sebagai salah satu syarat ekspor tanaman. Ekspor tumbuhan wajib menyertakan sertifikat fitosanitari yang menjelaskan produk sehat dan terbebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK).
Meski demikian, menurut Furkon regulasi ekspor di setiap negara tujuan berbeda. Ia mencontohkan Amerika Serikat mensyaratkan sertifikat fitosanitari untuk pengiriman minimal 12 tanaman, sedangkan Kanada minimal satu tanaman. Sementara beberapa negara di Eropa tidak mensyaratkan sertifikat itu.
Saat pandemi, Furkon melayani 80—100 sertifikasi tanaman dari penjual di berbagai daerah di Indonesia. Namun, setelah pandemi mereda, permintaan jasa hanya separuhnya yakni sekitar yakni 60 sertifikasi.
Permintaan pada Desember 2022 turun drastis hanya sekitar 35 sertifikasi lantaran negara tujuan ekspor mengalami musim dingin. Biasanya permintaan kembali meningkat saat musim semi. Furkon mengekspor tanaman aroid ke Thailand, Tiongkok, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa.
Furkon mengamati permintaan ekspor jenis asli Indonesia mulai banyak, contohnya Aglaonema pictum dan Scindapsus sp. Pehobi spesifik meminta spesies tertentu endemik Indonesia, bukan hibrida hasil silangan terbaru. Selain aroid, sukulen juga cukup digemari pehobi mancanegara.
Furkon menyarankan penjual tanaman hias yang ingin merambah ekspor untuk memahami seluk-beluk ekspor, termasuk regulasi dan risiko. Meski harga jual menggiurkan, ekspor juga berisiko tinggi misalnya paket hilang atau rusak saat pengiriman dan ditolak atau dikembalikan oleh petugas karantina di negara tujuan.
Berdasarkan data Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Eximbank Indonesia, nilai ekspor tanaman hias pada 2021 tumbuh hingga 96,79% senilai US$17,79 juta. Pertumbuhan volume mencapai 62,31% menjadi 5,30 ribu ton. LPEI memperkirakan ekspor tanaman hias pascapandemi pada 2022 naik tipis 1—2%.