Monday, March 3, 2025

Omzet Besar Bisnis Herbal

Rekomendasi

Omzet perusahaan mencapai triliunan rupiah per tahun hasil penjualan herbal berkualitas. Kuncinya menjaga mutu dan terus berinovasi.

Rimpang temulawak mengandung
kurkuminoid dan xantorizol, salah
satu bahan baku andalah PT Soho
Global Health. (Dok. Desi Sayyidati Rahimah)

Trubus — Usia boleh bertambah, tetapi inovasi sebuah keharusan. Itulah PT Soho Global Health. Produsen herbal nasional yang kini berumur 71 tahun itu antara lain berinovasi epigenetika (dalam bahasa Yunani, epi berarti di atas atau menutupi). Secara sederhana epigenetika adalah studi tentang perubahan fenotipe atau ekspresi genetika yang disebabkan oleh mekanisme selain perubahan sekuens asam deoksiribonukleat (DNA).

Menurut vice president Riset dan Pengembangan PT Soho Global Health, Dr. Raphael Aswin Susilowidodo, S.T., M.Si. uji epigenetik alias ekspresi gen untuk memperoleh kesesuaian gen dengan sifat penyakit tertentu sehingga akan mengoptimalkan pengembangan produk. “Untuk saat ini Soho telah mengembangkan uji epigenetik untuk penyakit kanker,” kata Aswin, doktor farmasi alumnus Institut Teknologi Bandung.

Tiga faktor
Untuk menjaga pasar Soho kerap melakukan inovasi-inovasi terhadap produknya. “Kita dituntut inovatif agar bisa masuk ke generasi saat ini. Itu juga menjadi tantangan bagi Soho untuk bisa bertahan pada era milenial seperti saat ini,” ujar executive vice president PT Soho Global Health, Made Dharma Wijaya. Menurut Made untuk mencapai kesuksesan produsen harus memahami tiga faktor.

Vice president Riset dan Pengembangan
PT Soho Global Health, Dr. Raphael
Aswin Susilowidodo, S.T., M.Si.

Pertama produsen memahami konsumen saat ini dan ke depannya. Yang kedua inovasi untuk menghasilkan produk yang unik. Terakhir, produsen harus memahami pasar. Saat ini omzet Soho mencapai triliunan rupiah per tahun. “Target kami penjualan meningkat 2 kali lipat dalam lima tahun ke depan,” kata Made. Kapasitas produksi Soho mencapai 3.000 ton ekstrak per bulan. Sementara produksi kapsul mencapai 1 miliar, tablet (2 miliar), dan botol (3 juta botol) dalam satu tahun.

Produk-produk Soho merajai pasar. Sekadar contoh, saat diare ingat daun jambu biji Psidium guajava. Daun tanaman anggota famili Myrtaceae itu berkhasiat antidiare. Jika ingin praktis, di pasaran terdapat Diapet yang juga berbahan baku daun jambu biji. Perusahaan yang melahirkan Diapet adalah PT Soho Global Health di Jakarta Timur. Perusahaan itu juga membidani kelahiran Curcuma Plus, Laxing, Lelap, dan Fitkom yang juga berbahan herbal.

“Curcuma plus multivitamin nomor satu di Indonesia,” ujar Made. Curcuma Plus menjadi andalan para ibu untuk meningkatkan nafsu makan buah hati. Maklum, Curcuma Plus mengandung ekstrak rimpang temulawak. Dalam 5 ml Curcuma Plus mengandung kurkuminoid 2 mg. Kurkuminoid salah satu kandungan bermanfaat dalam temulawak Curcuma xanthorrhiza.

Rimpang temulawak memang memiliki segudang khasiat seperti melindungi hati, antiinflamasi, antikanker, dan antioksidan. Bagi anak-anak temulawak dapat memperbaiki nafsu makan. Soho memanfaatkan ekstrak rimpang temulawak itu dalam aneka produk seperti Curliv, Curcuma FCT, dan Curcuma Plus dengan berbagai varian rasa.

Aman dan berkualitas

Produk andalan Soho lain adalah Asthin Force yang mengandung astaxanthin dari ganggang hijau Haemustococcus pluvalis. Asthaxantin adalah karotenoid alami yang tinggi antioksidan. “Kandungan antioksidannya lebih kuat 6.000 kali dari vitamin C,” kata Made. Antioksidan berperan menangkal radikal bebas. Antioksidan tinggi juga mampu memperbaiki kerja daya tahan tubuh sehingga metabolisme lebih baik.

Made Dharma Wijaya, executive vice president PT Soho Global Health.

Sebagai obat tidur alami Soho mengeluarkan Lelap berbahan ekstrak valerian Valeriana officinalis dan biji pala yang dapat meringankan gangguan tidur. “Total produk yang sudah dikeluarkan mencapai 200 yang terdiri atas beragam sediaan,” ujar Made. Sediaan itu berupa tablet, kapsul, sirop, dan serbuk. Perusahaan yang berdiri sejak 71 tahun lalu itu sangat menjaga kualitas produk. Wajar jika selama puluhan tahun berdiri produk Soho tetap diminati pasar.

Soho mensyaratkan produk yang dihasilkan harus melalui 13 tahapan. Mulai dari tahapan perencanaan, proses produksi, hingga pemasaran semua harus sesuai prosedur. Untuk menghasilkan sebuah produk, awalnya Soho menentukan komoditas yang memiliki zat aktif untuk dikembangkan menjadi produk. Dari puluhan komoditas itu dipilih beberapa yang memiliki khasiat paling baik.

Soho melakukan uji bioassay secara in vitro ataupun in vivo terhadap komoditas yang telah terpilih itu. Tujuannya untuk mengetahui efektivitasnya. Dalam uji itu komoditas harus memenuhi tiga standar, yakni keamanan, kualitas, dan efektivitas. “Pengujian pada hewan uji juga harus memperoleh persetujuan dari komisi etik hewan,” ujar Aswin.

Kebun produksi
Bila hasil penelitian memenuhi kriteria dan proses registrasi lengkap, Soho akan mengecek kesesuaian kondisi pasar. “Pengalaman kami, dari 10 produk yang lolos pada akhir tahapan, hanya 2 yang lolos registrasi. Dari jumlah itu, yang sukses di pasaran hanya 1,” cerita Made, alumnus Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada. Oleh sebab itu butuh waktu panjang untuk menghasilkan suatu produk.

Masa panen temulawak optimal pada umur 9 bulan.

Di Indonesia produk obat tradisional terbagi dalam tiga kelas, yakni jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu “naik kelas” menjadi herbal terstandar dengan syarat bentuk sediaannya berupa ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandardisasi. Selain itu obat herbal terstandar harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik (kemanfaatan), dan teratogenik (keamanan terhadap janin).

Adapun uji praklinis meliputi in vivo dan in vitro. Sementara syarat fitofarmaka bila suatu produk telah melewati uji klinis yang dilakukan terhadap manusia. Produk Soho tergolong dalam obat herbal terstandar. Made menjelaskan, untuk membuat sebuah produk hingga produk itu siap dipasarkan membutuhkan waktu hingga 4 tahun. Proses produksi memang memakan waktu yang lama dan menelan biaya mahal tetapi produk yang dihasilkan terjamin kualitasnya.

Proses produksi berlangsung sangat ketat. (Dok. PT Soho Global Health)

Proses produksi Soho berpusat di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur. Pabrik berdiri di atas lahan seluas 2,2 hektare. Total karyawan hampir mencapai 3.000 tenaga kerja. Selain itu Soho memiliki kantor distribusi yang tersebar di 25 daerah di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Soho bekerja sama dengan petani plasma yang tersebar di tanah air.

Guna menunjang proses produksi Soho juga memiliki kebun produksi di Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Luas kebun mencapai 25 hektare antara lain untuk budidaya temulawak. Perusahaan memilih lokasi itu karena lahan subur dan berketinggian 800 meter di atas permukaan laut. “Ketinggian itu sesuai untuk budidaya temulawak,” kata Made.

Budidaya organik

Kebun produksi Soho seluas 25 hektare di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (Dok. PT Soho Global Health)

Menurut Raphael Aswin Susilowidodo budidaya temulawak di kebun produksi dilakukan secara organik. “Kami memperoleh sertifikat organik dari Departemen Pertanian,” ujar Aswin. Penyediaan bibit temulawak bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro). Soho menerapkan standar ketat untuk budidaya temulawak. Masa panen misalnya, harus tepat pada umur 9 bulan.

“Pada umur itu kandungan kurkuminoid dan xantorizol dalam temulawak maksimal,” kata Made. Jika panen lebih dari umur itu kandungan zat aktifnya berkurang. Oleh sebab itu waktu panen harus tepat. Petugas mengeringkan rimpang hasil panen itu untuk bahan formulasi. Sementara itu sampah limbah hasil produksi tidak terbuang percuma. Soho memanfaatkan ampas sisa hasil produksi sebagai pupuk.

Laboratorium PT Soho Global Health.

Formulasi ekstrak disesuaikan dengan kandungan zat yang terkandung di dalam tanaman. Dengan begitu bahan aktif yang terkandung dalam tanaman akan bekerja maksimal. Untuk mendukung proses produksi, Soho juga bekerja sama dengan berbagai instansi seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Soho juga menjalin kerja sama dengan University of New South Wales dan University of Technology Sydney.

Meski kini produk sejenis banyak di pasaran Soho optimis dengan bisnis herbal di tanah air. Apalagi kualitas produk yang dihasilkan Soho sudah terjamin. Sebab, kesehatan menjadi kebutuhan dasar manusia. Kualitas itu terbukti dengan produk Soho yang menembus pasar Asia. Kualitas itu juga terbukti dengan penghargaan yang diraih yakni Top Brand for Kids kategori multivitamin penambah nafsu makan pada 2016. (Desi Sayyidati Rahimah)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Daya Tarik Padi Jarwo

Hamparan sawah untuk budidaya padi jajar legowo menjadi daya tarik wisatawan. Trubus.id-“Mulyaharja ini surga tersisa di Kota Bogor.” Muhammad Khoerudin...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img