Trubus.id—Ciri magot bermutu bagus yakni berprotein 40—45%, tidak keras, dan ukuran seragam. Ciri lain, magot bersih tidak bercampur media dan tidak bau. Menurut peneliti magot di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, Jawa Barat, Dr. Melta Rini Fahmi, S.Pi, M.Si., mengatakan, media pemeliharaan magot bisa apa pun asalkan limbah.
“Jika di suatu tempat ada ampas tahu, gunakan itu. Ini berkaitan dengan sumber limbah di setiap wilayah,” kata Melta. Lihat saja Aminudi S.P., dan Pandudamai Insani Taufiq yang mengembangkan magot menggunakan limbah sayuran dan buah serta catering.
Hasil riset Aminudi dan Pandudamai menunjukkan kandungan protein dalam magot produksi keduanya 44,5%. Produsen magot di Kota Depok, Jawa Barat, itu memasok magot beku ke Taman Mini Indonesia Indah sebagai pakan ikan hias.
Menurut Melta ciri magot bermutu bagus yakni berprotein 40—45%, tidak keras, dan ukuran seragam. Ciri lain, magot bersih tidak bercampur media dan tidak bau. Melta menuturkan untuk mendapatkan magot berkualitas baik yaitu umur telur sama dan media pemeliharaan cukup nutrisi dengan kandungan protein 7—12%.
Idealnya mesti dipisahkan pemeliharaan antara magot untuk penghasil telur dan magot sumber protein. Jenis media pemeliharaan mempengaruhi kandungan protein dan lemak magot seperti pada tabel. Budidaya magot relatif mudah.
Mula-mula pekerja menggiling halus bungkil sawit (PKM). Itu memudahkan magot mengonsumsi pakan karena cara makan larva itu dengan menyedot. Perusahaan itu membuat bak beton berukuran 16 m x 2 m. Tinggi bak hanya 20 cm. Arif menyebut bak itu bowling alley.
Pemberian PKM bertahap hingga mencapai sekitar 400 kg. Selang 14 hari setelah telur menetas pekerja memanen magot. Pekerja lalu mencuci magot hingga bersih. Kemudian pekerja mengeringkan magot menggunakan microwave bersuhu sekitar 220°C selama kurang dari 5 menit.
Penggunaan bungkil sawit atau palm kernel meal (PKM). Alasan pemilihan PKM antara lain salah satu sumber protein murah, tidak menjijikkan, dan mudah didapat.