Wadah bekas es krim menjadi wadah budidaya labu madu secara hidroponik.
Trubus — Halaman rumah Umi Fadlillah di Srengsengsawah, Jakarta Selatan, tidak seberapa luas, hanya 9 m². Namun, hasratnya menanam labu butternut Cucurbita moschata amat besar. Umi mewujudkan impiannya dengan teknologi hidroponik. Pada April 2017, Umi dan suami merakit hidroponik ember alias dutch bucket. Ia memilih sistem itu karena tanaman labu tumbuh merambat sehingga memerlukan media tanam dan wadah yang mampu menahan bobotnya. Bobot buah labu madu alias butternut mencapai 2 kg.

secara hidroponik.
Perempuan 32 tahun itu menggunakan boks es krim berukuran 15 cm x 18 cm x 25 cm sebagai wadah tanaman. “Wadah harus besar karena nantinya menampung batang besar dengan banyak akar,” ujar Umi. Di lahan seluas 9 m² itu Umi merangkai 11 wadah yang terhubung dengan selang nutrisi. Selang itu mengalirkan larutan nutrisi dari bak plastik berkapasitas 80 liter dengan pompa yang mampu menaikkan air sampai ketinggian maksimal 2 meter.
Konsentrasi nutrisi
Umi menyemai benih labu di media rockwool. Bibit memunculkan 4 daun pada 10 hari pascasemai. Alumnus Magister Agribisnis Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, itu memasukkan bibit berikut media tanamnya ke dalam netpot lalu meletakkan di rangkaian hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). Hidroponik NFT dengan pipa bulat lazimnya untuk menanam sayuran daun. Umi tidak langsung menanam bibit ke sistem dutch bucket untuk memacu pertumbuhan tanaman.
“Ukuran bucket terlalu besar untuk bibit yang masih kecil itu. Bibit jadi terendam cairan nutrisi sehingga pertumbuhannya lambat,” ujarnya. Praktikus hidroponik di Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta, Sapto Prayitno, S.P., M.Sc. angkat topi dengan ide membesarkan bibit semaian di sistem NFT. Menurut Sapto kebutuhan nutrisi tanaman hampir semua jenis bibit pascasemai relatif sama.

seperti tali kain atau yang permukaannya
halus sehingga tidak melukai batang.
Setelah tanaman mulai besar dan memperlihatkan karakter masing-masing, barulah dosis nutrisi berbeda. Umi memindah bibit ke ember saat tingginya 25 cm dengan akar cukup panjang. Begitu bibit tumbuh di dutch bucket, Umi mengalirkan nutrisi dengan dosis setara tanaman sawi. Pada fase vegetatif sampai berbunga konsentrasi nutrisi 2.500 ppm. Ia meningkatkan konsentrasi nutrisi hingga 3.000 ppm ketika tanaman masuk fase generatif atau menjelang berbuah.
Menurut pemilik Garasi Hidroponik itu, pemberian nutrisi melebihi 3.000 ppm menyebabkan daun tanaman mengering. Umi menetapkan konsentrasi nutrisi itu berdasarkan pengalaman menanam berbagai jenis sayuran buah dengan teknologi hidroponik. Sejak menekuni hidroponik pada awal 2016, Umi pernah menanam beragam tanaman buah seperti tomat ceri, paprika, melon, dan mentimun suri.
Panen
Saat tanaman mulai menjalar, Umi mengarahkan pertumbuhan ke atas menggunakan tali kain katun yang lembut supaya tidak melukai tanaman atau daun. Pebisnis sayuran hidroponik di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ir. Tatag Hadi, membenarkan tindakan itu. “Gunakan penopang batang yang permukaannya halus, tidak bertepi runcing dan kuat untuk menopang tanaman sekaligus buah,” ujar alumnus Universitas Brawijaya itu.

Jika menggunakan logam, pilih yang nirkarat atau terbungkus plastik. Fluktuasi suhu bisa membuat logam berkarat. Karat itu akan menempel lalu terserap sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Umi memanen buah pada bulan ke-3 pascatanam. Masa panen berlangsung selama sebulan dan tidak serempak. Ke-11 tanaman itu menghasilkan total 35 buah. Pada pekan pertama ia memanen 13 buah; pada pekan kedua memetik 12 buah.
Menjelang akhir bulan keempat, ia memanen 10 buah lagi. Artinya Umi rata-rata menuai rata-rata 3—4 buah per tanaman. Meski berkualitas prima, ukuran dan bobot buah tidak seperti yang tampak di pasar swalayan. “Bobot hanya setengah buah di pasar swalayan. Beberapa mencapai 1,2 kg, tetapi rata-rata hanya 850 gram,” ujarnya. Ia menduga hal itu lantaran perbedaan kualitas antara benih yang ia semai dengan jenis di pasar swalayan.

Kemungkinan lain, akibat perawatan kurang intensif. Profesi sebagai anggota staf Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian membuatnya kadang absen mengecek kondisi tanaman. Akibatnya penyakit sempat menyambangi tanaman Umi. Embun tepung menyerang menjelang panen. Daun-daun terlihat ditutupi lapisan putih. Umi mengatakan, penyakit itu berbahaya karena dapat menyebabkan tanaman kering dan berujung pada kematian.
Untuk mencegah penularan, Umi segera memangkas daun terserang sekaligus untuk mengurangi kelembapan tajuk dan sekitar perakaran. Cara itu jitu menunda penyebaran penyakit. Sejatinya, pemberantasan paling efektif adalah menyemprotkan fungisida. Umi memilih mengganti tanaman usai panen. “Beruntung, serangan terjadi di akhir proses budidaya sehingga dapat segera mengganti tanaman usai panen,” kata Umi.
“Yang penting, ujicoba penanaman berhasil dan saya akan coba lagi pada masa mendatang,” ujar Umi semringah. Menurut Sapto hidroponik tanaman buah yang merambat dengan dutch bucket adalah pilihan tepat. Lahan yang sangat terbatas dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Namun, itu bukan satu-satunya sistem hidroponik yang dapat dilakukan di lahan sempit. “Teknik pasang surut juga salah satu alternatif memanfaatkan lahan sempit,” ujarnya. (Muhammad Hernawan Nugroho)