Kebun paprika sehat, bebas hama, dan tanpa residu pestisida.
Para pekerja itu menyibak daun lalu memanen buah paprika berwarna kuning dengan sedikit semburat hijau. Menggunakan pisau tajam mereka secara berhati-hati memisahkan tangkai buah dari tanaman. Kemudian meletakkan buah ke dalam kontainer logam berbentuk persegi panjang. Proses itu dilakukan secara berhati-hati. Sebab sedikit saja terjadi luka karena gesekan, buah rusak dan hasil panen bisa-bisa tidak diterima pasar.
Setelah kontainer terisi penuh paprika, wadah itu bergerak di atas rel menuju gudang pascapanen. Kebun paprika itu memiliki sekitar 40 kotak panen bergerak itu. Kotak-kotak itu bergerak ke sana-kemari untuk mengangkut hasil panen kebun seluas 4,5 ha—termasuk ruang sortir—itu. Kotak-kotak itu berjalan patuh di atas rel sepanjang 800 m di atas lantai beton dengan kecepatan 100 m per 10 menit. Selanjutnya di gudang sortir sebuah robot akan memindahkan isi kotak panen ke atas ban berjalan.
Di atas ban berjalan itulah buah-buah bell pepper bergerak menuju mesin sortir otomatis. Mesin akan menyortir paprika berdasarkan bobot. Paprika berbobot sama keluar di pintu sama. Albert Solleveld, putra pemilik kebun, terlihat sedang memasukkan paprika yang sudah dipisahkan berdasarkan bobot itu ke dalam kotak-kotak terbungkus plastik. Itu cara kebun Parasol, produsen paprika kuning itu, mengemas buah tanaman Capsicum annuum itu untuk pasar ekspor. Parasol mengekspor paprika terutama untuk konsumen di Inggris, mencapai 75% dari total volume produksi.

Tanam Natal
Parasol didirikan oleh Arie Solleveld pada 15 tahun silam. Sejak semula kebun itu konsisten memproduksi paprika kuning. Kebun itu menanam paprika sepanjang tahun. Mula-mula pekerja menanam tanaman muda yang didapat dari perusahaan pemasok di akhir tahun. Biasanya mereka menanam pada periode 25 Desember—1 Januari ketika kebanyakan orang merayakan Natal dan Tahun baru.
Sekali musim, Parasol menanam kira-kira 100.000 bibit yang habis ditanam selama 2 hari. Pekerja menanam bibit di atas media berupa blok rockwool. Pilihan itu sebab media rockwool ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan air karena relatif lebih banyak menyimpan air—dan udara, serta memudahkan pekebun dalam mengontrol kadar air di media tanam. Lagipula dengan cara pembuatan yakni dipanaskan pada suhu tinggi menyebabkan media tanam itu bebas patogen penyebab penyakit. Pantas jika rockwool merupakan media tanam populer dalam pola hidroponik di Eropa.
Selanjutnya pada setiap tanaman pekerja lalu menumbuhkan 3 cabang. Hitung-hitungan Arie dengan cara itu setiap meter persegi dihuni 7 cabang. Selama proses budidaya setiap tanaman mendapatkan aliran nutrisi melalui irigasi tetes. Parasol menggunakan air penyiraman hasil pengolahan air hujan menggunakan lampu ultraviolet untuk mematikan patogen sumber hama dan penyakit. Dibantu sistem komputer Arie yang kini dibantu dua putranya, Robert dan Albert yang berlatarbelakang pendidikan sekolah hortikultura, mengatur iklim mikro greenhouse agar sesuai kebutuhan paprika. Tanaman anggota famili Solanaceae itu nyaman hidup pada suhu siang 21oC dan suhu malam 19oC serta kelembapan 70—80%.
Untuk mengontrol hama dan penyakit Arie menggunakan parasit sebagai predator alami. Makhluk-makhluk mini itulah yang meredam serangan spider mite dan ulat di kebun Parasol. Salah satu musuh alami spider mite yakni serangga Phytoseiulus persimilis. Untuk menghadirkan makhluk-makhluk mini itu pekerja cukup menyantelkan kantong berisi predator di cabang tertentu tanaman. Sementara serangan cendawan seperti embun tepung diatasi menggunakan sulfur. Arie hanya menggunakan pestisida kimia jika penanggulangan secara biologi tidak berhasil. Secara umum penggunaan pestisida kimiawi hanya 5%, sisanya 95% menggunakan kontrol biologi.

Buah bell pepper dapat mulai dipanen sekitar 2 bulan setelah tanam. Pekerja terus memanen buah hingga masa budidaya satu periode tanam biasanya berakhir pada pertengahan November. Arie menghitung dari setiap meter persegi ia memperoleh 30 kg paprika. Artinya dengan asumsi hanya 3,5 ha lahan dipakai untuk menanam paprika, maka pria 62 tahun itu menuai 1.000 ton paprika per tahun. Sebanyak 75% bell pepper asal Parasol dikirim ke Inggris, sisanya negara di Eropa lain. Konsumen membutuhkan paprika berbentuk sempurna, berwarna cerah, dan berukuran seragam. Selain itu tidak ada titik kerusakan pada buah.
Oleh karena itu Parasol mengemas paprika dalam kotak plastik khusus agar aman selama perjalanan ke negara tujuan ekspor. Di negara tujuan, misal Inggris, paprika diterima konsumen yang memiliki pabrik pengolahan sayuran potong. Paprika diiris-iris lalu dikemas bersama sayuran lain, misal sebagai bahan salad siap konsumsi.
Pascapanen terakhir di kebun Parasol, pekerja segera mengeluarkan tanaman dan media tanam dari dalam greenhouse. Mereka lalu membersihkan rumah tanam itu, termasuk dinding dalam dan luar greenhouse. Menurut Arie untuk mengontrol hama dan penyakit dimulai dari greenhouse yang bersih. Dari greenhouse yang bersih dan bebas hama penyakit, lahirlah paprika berkualitas untuk pasar ekspor. Menurut Arie Spanyol dan Israel merupakan negara kompetitor utama dalam urusan memproduksi paprika. Di Parasol paprika tumbuh sehat, bebas hama, dan nyaris tanpa residu pestisida.***