Trubus.id – Industri minyak asiri Indonesia memasuki tahun 2025. Dalam webinar “Aroma Bisnis Atsiri: Menangkap Peluang dan Mengelola Fluktuasi” yang digelar Kelas Trubus pada Kamis (08/05), Feriyanto dari Dewan Atsiri Indonesia memaparkan tren minyak asiri saat ini.
Feriyanto menyebut Indonesia menjadi salah satu produsen utama minyak asiri dunia dengan nilai ekspor lebih dari 400 juta dolar AS per tahun. Industri ini melibatkan sekitar 200.000 petani dan 3.000 penyuling tradisional dari berbagai wilayah.
Feriyanto menyampaikan bahwa peluang ekspor sangat besar, namun tantangan dalam menjaga kualitas dan pasokan juga ada. Ia menyoroti pentingnya strategi nasional dalam merespons tren pasar global yang berubah cepat.
Permintaan dunia terhadap minyak asiri dari Indonesia mencapai lebih dari 1.000 ton per tahun untuk terpentin, daun cengkih, serai wangi, kayu putih, dan nilam. Untuk jenis seperti pala, akar wangi, serai dapur, lada hitam, dan jahe, permintaan mencapai di atas 100 ton per tahun.
Sementara itu, jenis langka seperti kenanga, masoi, gurjun, dan palmarosa dibutuhkan dunia dalam jumlah lebih dari 10 ton per tahun. Feriyanto menilai potensi ini belum tergarap maksimal dan perlu didorong lebih lanjut.
Minyak cengkih mengalami penurunan pasokan karena musim hujan panjang, sementara permintaan tetap stabil. Hal ini menyebabkan harga cenderung naik sejak awal tahun.
Minyak nilam yang sempat melonjak pada 2023–2024 kini kembali ke harga normal. Minyak pala juga menunjukkan tren stabil baik dari sisi harga maupun permintaan pada 2025.
Sebaliknya, minyak kayu putih mengalami penurunan permintaan cukup tajam sepanjang 2025. Dampaknya, harga komoditas ini turut mengalami penurunan signifikan di pasar.
Untuk minyak serai wangi yang masih langka di pasaran. Lahan budidaya tanaman ini sangat berkurang karena harga sempat jatuh pada 2020 hingga 2022.
Sejak 2023 harga mulai meningkat dan tren ini berlanjut hingga 2024. Namun pada 2025, pasokan serai wangi masih terbatas sehingga harga tetap tinggi.
Kekurangan pasokan serai wangi menjadi salah satu tantangan bagi industri hilir seperti aromaterapi dan kosmetik. Diperlukan strategi agar pasokan dapat kembali stabil.
Indonesia juga belum menggarap serius minyak asiri berbasis citrus dan mint, padahal permintaannya sangat tinggi secara global. Hal itu sebagai peluang pertumbuhan baru.
Dewan Atsiri Indonesia memainkan peran strategis dalam menjembatani pelaku industri dari hulu hingga hilir. Lembaga ini juga aktif memberi masukan kebijakan dan menyuarakan kepentingan Indonesia di forum asiri
Selain itu, Dewan Atsiri Indonesia rutin menyusun kajian pasar dan tren harga berbasis data pasokan-permintaan. Edukasi kepada publik dan pelaku industri juga terus dilakukan secara berkala.
Feriyanto menambahkan salah satu pengguna minyak asiri berasal dari industri flavor and fragrance. Sektor lain seperti aromaterapi, kosmetik, makanan, dan farmasi.
Saat ini Indonesia berada di peringkat ke-10 eksportir minyak asiri dunia menurut data HS 3301 tahun 2022. Posisi ini masih bisa ditingkatkan melalui sinergi nasional dan penguatan rantai nilai.