Trubus.id-“Potensi briket masih sangat besar. Indonesia paling baru mencukupi sekitar 20% kebutuhan briket dunia,” ujar Presiden Direktur PT Berkah Fukuokindo Indonesia, Ahmad Rozikin. Apalagi saat negara-negara konsumen briket memasuki musim dingin. Dipastikan permintaan briket meningkat.
Kapasitas produksi briket Ahmad saat ini mencapai 100 ton per bulan. Ahmad juga memproduksi produk turunan kelapa lainnya yakni serbuk sabut kelapa atau kokopit (cocopeat).
Menurut Ahmad potensi kokopit untuk menggantikan media tanam tanah dan rockwool hidroponik masih sangat besar.
“Permintaan Jepang ke saya 5—10 kontainer kokopit per bulan. Saya baru bisa memenuhi 5 kontainer,” kata pemilik pabrik yang berlokasi di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, itu.
Ia berharap peran serta pemerintah dalam pengembangan kokopit semakin proaktif. “Sayang kalau diabaikan potensi kelapa kita,” kata Ahmad.
Menurut Periset di Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Ir. Ismail Maskromo, M.Si., pasar kelapa di mancanegara terbuka lebar.
“Semua produk kelapa potensinya masih besar. Kelapa kita memiliki banyak keunggulan di bandingkan dengan negara lain, baik dari kualitas maupun kuantitasnya,” tutur Ismail.
Beberapa produsen komoditas asal tanah air masih sedikit, sedangkan permintaan tinggi. Contoh briket untuk shisha yang masih sedikit persaingannya. Berbeda dengan sabut kelapa yang produsennya banyak sehingga persaingan cukup ketat.
Menurut Ismail para pebisnis harus menyurvei dahulu untuk mengetahui peluang pasar dan cara memproduksi.
“Jadi, para pebisnis ini tidak ikut-ikutan, tetapi harus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang produk yang dibidik,” tutur pemulia kelapa pandan wangi itu. Hal itu membuat tingkat keberhasilan di bisnis itu tinggi.