Friday, April 19, 2024

Patahnya 2 Ramalan Pisang

Rekomendasi
- Advertisement -

Tragedi fusarium pada pisang memang dahsyat. Luas penanaman pisang cavendish di Taiwan pada 1980 hancur lebur, dari 40.000 ha tinggal 6.000 ha. Padahal, di Amerika Tengah cavendish dikenal sebagai varian pisang ambon yang tahan Fusarium oxysporum f. sp cubense (Foc).

‘Pertahanan cavendish jebol karena fusarium di Asia tergolong ras 4. Sebelumnya di Amerika hanya dikenal ras 1,’ tutur Sobir PhD, kepala Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT), Institut Pertanian Bogor. Di Lampung, PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) yang mengebunkan cavendish seluas 4.500 ha pada 1999 tak luput dari serangan. Luas pertanaman yang tersisa pada 2001 hanya 200 ha.

Serang semua

Menurut Dr I Djatnika, mantan kepala Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Solok, semula fusarium dikenal hanya ada 3 ras. Ras 1 cuma menyerang pisang kelompok gross michel seperti ambon kuning dan ambon putih. Pisang kelompok cavendish sangat tahan ras 1. Ras 2 relatif kurang bahaya. Ras ini menyerang pisang kelompok bluggoe seperti pisang saba dan kepok yang biasa digunakan sebagai pisang olahan. Ras 3 menyerang pisang hias: heliconia. ‘Ternyata muncul ras 4 yang mampu menyerang semua keluarga pisang, termasuk cavendish,’ ujar Djatrika.

Dengan ras yang kian lengkap, fusarium menjadi momok pekebun pisang. Seolah-olah tidak ada satu jenis pun yang bisa lolos dari serangan fusarium. Namun, menurut Ir Agus Sutanto MSc, peneliti di Balitbu Solok, ada jenis pisang yang agak toleran terhadap fusarium. Sebut saja pisang uli, jari buaya, dan mas. Sayangnya, pisang-pisang itu tak tahan penyakit lain, misal blood disease bacteria, sigatoka, dan bunchy top. Blood disease bacteria alias penyakit darah pernah menghancurkan pertanaman pisang di Kalimantan Selatan dan Timur yang saat ini sedang diupayakan pemulihannya.

Sejauh ini fusarium dihindari dengan penanaman bibit bebas penyakit. Kebun cavendish di Lampung menerapkan sistem 1 bibit untuk 1 kali panen. Artinya setelah panen, tanaman ditebang dan diganti bibit baru asal kultur jaringan yang sudah dijamin steril fusarium. Itu karena, ‘Biasanya fusarium menyerang pada anakan, bukan induk,’ kata Agus. Cara itu juga bertujuan memutus siklus cendawan fusarium.

Israel penanggulangan fusarium dengan tumpang gilir pisang dan gadung – selama 2 musim tanam. Di China penanaman dilakukan di tengah-tengah padi. Di sawah – terendam – cendawan aerob seperti fusarium tidak bisa hidup. Sementara di Indonesia diujicobakan teknik rotasi antara pisang dan jagung. Akar jagung banyak mengandung spesies bakteri saprofitik penting sebagai kompetitor fusarium yang bersifat patogenik. ‘Biasanya cendawan patogenik kalah bersaing dengan bakteri saprofitik,’ ujar Djatnika.

Balitbu Solok memiliki 4 varietas – 3 dari persilangan dan 1 hasil seleksi – yang tengah diujicoba ketahanannya terhadap fusarium. Ujicoba dilakukan di Desa Jatiwangi, Pakenjeng, Kabupaten Garut. Ujicoba sudah berjalan 2 tahun dan belum terlihat ada serangan. Biasanya gejala fusarium terlihat 6 bulan pascainfeksi.

Yang paling anyar varietas hasil kerja sama PKBT dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetika Pertanian (BBBiogen), Bogor. Dengan memanfaatkan teknologi iradiasi dan seleksi in vitro kedua lembaga itu menghasilkan 3 pisang baru tahan fusarium dengan penampilan seperti barangan, cavendish, dan ambon hijau. ‘Secara genetik di pisang sudah ada gen yang tahan fusarium, tapi resesif. Radiasi bisa membuat gen resesif jadi dominan, gen nonaktif jadi aktif, atau merombak susunan gen sehingga penampilannya berbeda dari sebelumnya,’ kata Dr Endang Gati Lestari, peneliti di BB-Biogen.

Barangan, cavendish, dan ambon hijau didapat setelah BB-Biogen meradiasi sekitar 1.000 kalus ambon kuning dan hijau dengan sinar gamma 50 – 100 gray. Kalus-kalus yang telah diradiasi lalu ditanam di media agar yang diberi asam fusarat – senyawa yang dihasilkan Fusarium oxysporum – 45 mg/l. Asumsinya, bila mereka bertahan terhadap asam fusarat, maka mereka tahan fusarium.

Pasti tahan

Tanaman yang bertahan hidup, ditanam di polibag dengan tanah yang juga diinokulasi spora jamur Fusarium oxysporum 10 kg tanah steril. Hanya ada 200 tanaman yang bertahan hingga tahap itu. Mereka lalu dipindah ke lahan di Pasirkuda, – yang terkenal sebagai daerah fusarium, Bogor – pada 2005. Setahun berselang hanya 20 tanaman yang hidup normal dengan bentuk buah pisang seperti umumnya. ‘Di luar yang 20 ada sedikit yang hidup. Namun, bentuk buah tak beraturan karena radiasi,’ kata Sobir.

Dua puluh tanaman sehat dan normal itu melahirkan 90 anakan (F2) yang kemudian ditanam kembali. Pada 2008 diperolehlah 20 pisang yang hidup dengan buah normal dan rasanya enak seperti barangan dan cavendish. ‘Perubahan genetik yang stabil biasanya muncul di generasi ke-2 atau ke-3,’ ujar Endang.

Untuk meyakinkan, Sobir menanam kembali 20 pisang itu – yang sudah diperbanyak dengan cacah bonggol dan menghasilkan 200 tanaman. Sebanyak 80 pisang ditanam di Cimanggu dan sisanya di Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Hingga Agustus 2009 Sobir belum menemukan satu pun pisang mati terkena fusarium.

Artinya, menurut Sobir, pisang tersebut tahan fusarium sehingga layak dikebunkan komersial. ‘Penampilannya juga sama seperti pisang yang sudah dikenal. Pasar lebih mudah menerima,’ kata alumnus Okayama University, Jepang, itu. Tiga jenis pisang baru tahan fusarium itu mematahkan ramalan kepunahan pisang seperti tertulis di NewScientist dan Philippine Daily Inquirier. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Destika Cahyana dan Evy Syariefa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Durian Berdaging Buah Lezat, Rahasianya Pemupukan Intensif

Trubus.id—Tekstur daging buah durian milik Pekebun di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, Kasnari itu lembuh dan creamy. Cita rasa...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img