Trubus.id—Abiu Pouteria caimito tidak hanya diminati kelezatannya. Menurut pehobi dan penangkar buah di Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, Sony Budiono, pehobi juga menyukai abiu sebagai koleksi buah unik.
Sifat genjah juga yang membuat bibit dan tabulampot abiu miliknya laku keras. Ia menuturkan saat permintaan tinggi ia menjual 30—40 kantong tanam (planterbag) abiu per bulan.
Ukuran kantong tanam itu beragam yakni 50—200 liter dengan harga Rp1,5 juta—Rp2 juta per pohon. Konsumen Sony dari berbagai daerah seperti Provinsi Bali, Semarang, Provinsi Jawa Tengah, dan Bekasi (Provinsi Jawa Barat).
Menurut Sony konsumen menghendaki abiu sudah berbuah atau umur 1,5 tahun setinggi lebih dari 2 meter. Ia menanam abiu dari hasil sambung susu. “Syarat indukan harus sehat dan sudah berbuah,” kata Sony.
Ia menggunakan media tanah gembur seperti sekam dan kotoran kambing. Tabulampot itu berbuah 6—7 bulan kemudian dengan buah berbobot 0,6—0,8 kg. Abiu di kantong tanam itu berbuah hingga 15 buah.
“Buah di batang pokok bisa besar, kalau di ranting kecil,” kata Sony. Bahkan ia bisa memperoleh abiu berbobot 1,3 kg per buah yang terjual seharga Rp275.000. Sony merangsang pembungaan abiu memakai 1⁄4 kg KNO3 per pohon.
Pohon berbuah 2 bulan setelah pembungaan. Fidya Novita dari Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dalam Bul. Agrohorti menjelaskan, umur berbunga dan berbuah abiu singkat dibandingkan dengan tanaman anggota family Sapotaceae lainnya.
Menurut Fidya bunga pertama muncul saat tanaman berumur tiga tahun. Buah siap panen sekitar 3 bulan kemudian. Perkembangan buah abiu hingga masak fisiologis memerlukan waktu sekitar 65 hari setelah anthesi yakni saat dua pertiga kulit buah berwarna kuning.
