Tuesday, June 17, 2025

Kisah Pekebun Kakao di Kolaka Utara Bisa Ekspor Ratusan Ton

Rekomendasi

Trubus.id—Pekebun kakao di Desa Lelehao, Kecamatan Watunohu, Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, Ruslin sukses mengekspor kakao kering fermentasi.

Saat ini, ia mengekspor sekitar 17 ton biji kakao kering fermentasi ke Tiongkok setiap bulan. Omzetnya fantastis jika kita anggap harga biji kakao kering fermentasi Rp100.000 per kilogram (kg).

Total pada 2023 Ruslin mengekspor 210 ton dari kuota 250 ton biji kakao kering fermentasi. Permintaan itu belum terpenuhi karena saat itu kapasitas produksi di tempat Ruslin masih belum maksimal.

Tidak heran pria berumur 36 tahun itu terus membangun tempat penjemuran agar kuota terpenuhi.  Ruslin menargetkan tempat penjemuran baru itu mulai beroperasi pada Juni 2024.

Ia optimis kapasitas produksi meningkat dengan adanya penambahan fasilitas penjemuran.  Jadi, Ruslin mengajukan penambahan kuota hingga 500 ton biji kakao kering fermentasi pada 2024.

“Jika ada gedung baru, kapasitas produksi mencapai 1.000 ton biji kakao kering fermentasi per tahun,” kata pendiri CV Afnan Syariah itu.

Perluasan tempat pengeringan itu menunjukkan bisnis kakao Ruslin cenderung bertumbuh setiap tahun. Apalagi saat ini harga kakao dunia memang tengah bagus karena ada penurunan produksi di negara produsen kakao utama seperti Pantai Gading dan Ghana.

Ekspor kakao oleh Ruslin juga membuktikan bahwa kualitas biji kakao asal Kolaka Utara memang jempolan. Ia mendapatkan biji kakao segar dari 32 pengumpul di Kolaka Utara. Semula jumlah pengumpul kakao hanya 10 orang. Kemudian bertambah hingga berjumlah 32 orang.

Ia masih membuka kerja sama bagi warga yang ingin bergabung menjadi pengumpul. Syaratnya gampang.

“Jika mau jadi pengumpul harus kuat mental dan kuat jalan,” kata alumnus Program Studi Sistem Informasi, Universitas Dipa Makassar (sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Dipanegara Makassar), itu.

Kesuksesan Ruslin mengekspor kakao tidak semudah membalikkan telapak tangan. Penuh perjuangan dan pengorbanan. Pembeli dari mancanegara kerap menolak biji kakao kering fermentasi Ruslin karena tidak sesuai standar.

Kejadian itu berulang kali terjadi. Meski begitu Ruslin pantang menyerah dan terus memperbaiki teknik fermentasi. Lazimnya ia berdiskusi santai dengan para senior yang lebih dahulu menekuni kakao.

Ruslin pun kerap tertipu oleh oknum yang tidak membayar kakao setelah dikirim terlebih dahulu. Kerugiannya tidak tanggung-tanggung mencapai ratusan juta rupiah. Ia pun lebih waspada jika ada permintaan pengiriman barang tanpa kontrak yang jelas.

Semua hal buruk itu menjadi pembelajaran berharga bagi Ruslin sebagai modal mencapai kesuksesan seperti saat ini. Kebutuhan yang makin meningkat serta utang puluhan juta rupiah menuntut Ruslin memutar otak agar mendapatkan penghasilan.

Ia mencari informasi tentang komoditas utama di Kolaka Utara. Ternyata ada tiga yakni kelapa, cengkih, dan kakao. Setelah gagal mengusahakan kopra dan cengkih, ia beralih ke kakao karena harga jual lebih bagus.

Meski ada kegagalan saat menekuni kakao, ia bergeming karena, “Kakao fermentasi dibayar pakai dolar,” kata pria yang juga menekuni kakao secara serius pada 2016 itu.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Minyak Larva BSF, Inovasi Kurangi Lemak Ayam Broiler

Trubus.id– Peneliti dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan solusi inovatif untuk menekan kadar lemak ayam broiler melalui...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img