Trubus.id—Produksi bawang merah melimpah tentu berdampak pada penurunan harga. Maka Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura terus mendorong peningkatan produksi dan membangkitkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) olahan bawang goreng di sentra-sentra produksi utama.
Langkah strategis itu mampu menjaga harga di tingkat petani saat produksi melimpah serta bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, mengungkapkan Ditjen Hortikultura telah lama meluncurkan program pengembangan kawasan bawang merah di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.
“Sumenep sudah lama dikenal sebagai penghasil bawang merah varietas Rubaru atau populer dengan sebutan bawang merah Sumenep. Daerah tersebut juga dikenal sebagai sentra bawang merah off season.
“Bawang merah Rubaru sangat cocok diolah menjadi bawang goreng yang disukai masyarakat. Maka dari itu, ada inisiasi program pengembangan kampung bawang merah berikut fasilitasi pascapanen dan pengolahannya di sana,” ujar Prihasto dilansir dari laman Ditjen Hortikultura.
Program Kampung Bawang Merah menjadikan Sumenep sebagai sentra produksi dan pengolah bawang goring. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2022 produksi bawang merah di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur sebesar 11.553 ton dari luas panen 1.586 hektare (ha).
“Sejak tahun 2021 hingga 2023 sebanyak 7 unit bangsal pascapanen dan olahan dari Ditjen Hortikultura telah disalurkan ke Sumenep; 2 unit di antaranya untuk olahan bawang goreng,” tutur Prihasto.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep, Arif Firmanto, mengapresiasi upaya Ditjen Hortikultura mendukung penuh pengembangan bawang merah Rubaru di wilayahnya.
“Program ini menjadi trigger masuknya program lain yang sama-sama ingin mengangkat bawang merah Sumenep. Kolaborasi dari berbagai pihak sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat terutama petani bawang merah Sumenep,” katanya.
“Adanya ekspor bawang merah goreng dari Sumenep juga tak lepas dari inisiasi dan fasilitasi Ditjen Hortikultura di daerah kami, baik melalui pengembangan kawasan, sarana pascapanen, sarana pengolahan, bangsal pengolahan hingga bimtek peningkatan kapasitas petani,” tutur Arif.
Pengelola Gapoktan Desa Usaha Mandiri Desa Mandala Kecamatan Rubaru, Abdul Rauf menuturkan, “Bantuan Ditjen Horti ini sangat membantu proses berkembangnya hilirisasi bawang merah Sumenep, terutama untuk menghasilkan bawang goreng kualitas ekspor”.
Sementara Ketua Kelompok Wanita Tani Putri Tumpeng, Holilah mengungkapkan usaha bawang goreng memberikan keuntungan. Setiap 100 kg bawang segar menghasilkan 25 kg bawang goreng. Jika harga bawang merah goreng rata-rata Rp20 ribu per 100 gram, maka 1 kg bawang goreng bisa dihargai sampai Rp200 ribu.