Trubus.id—Ketua Kelompok Tani Srijaya, Desa Gempol kolot, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Tani Suryadinata menilai perlunya perbaikan ekosistem perberasan. Hal itu demi mewujudkan swasembada beras.
Ia menuturkan langkah awal yang mesti ditempuh yakni memastikan petani bisa mendapatkan suplai air memadai. Menurut Tani saat ini lahan yang dekat dari irigasi teknis belum tentu dapat terairi dengan baik.
“Rata-rata kemampuan sumber air memasok 5 hektare per hari. Sementara harapan petani bisa 10 ha per hari, sehingga pada akhirnya bisa dilakukan tanam serempak,” ujar Tani.
Ia menuturkan pengaturan air yang tidak merata menyebabkan sulitnya menerapkan sistem tanam serempak itu. Musababnya masih terdapat petani yang kekurangan air saat petani lain mulai menanam.
Menurut Tani perlu pengaturan distribusi air yang baik, seperti dengan pengaturan saluran air, irigasi, dan pemompaan. Ia menyebut dalam sudut perspektif yang lebih luas, perlu ada pemeliharaan kawasan hutan di sekitar waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling agar debit airnya melimpah.
“Saat ini di daerah sekitar waduk banyak ditanami tanaman sayuran. Sehingga perlu penghijauan di daerah pegunungan,” ujar Ketua Umum Perserikatan Bumdes Indonesia (PBI) Jawa Barat, itu.
Langkah selanjutnya penggunaan benih yang baik. “Harus mampu secara nyata mendapatkan hasil ratarata 8 ton/ha, sementara di tingkat petani produksi ratarata baru 3 ton/ha,” ujar Tani.
Tani juga menyarankan peningkatan volume pemupukan hingga 500 kg/ha. “Saat ini baru mencapai 250 kg, tetapi itu pun sulit didapat,” ujar Tani.
Ia menuturkan sejatinya tidak ada masalah jika petani menebus pupuk subsidi Rp3.500 per kg asal mudah didapat daripada harga Rp2.250 per kg namun langka.
Tani menuturkan perlu pengawasan juga terhadap penggunaan obat-obatan. “Saat ini banyak beredar produkproduk pestisida yang berdampak pada penurunan produktivitas. Sebaiknya dilakukan pengawasan secara rutin dan masyarakat perlu diedukasi terkait penggunaan,” ujarnya.
Untuk harga Gabah Kering Panen (GKP) ia menyarankan agar tidak kurang dari Rp7.000 per kg. Tujuannya supaya memberikan insentif bagi petani untuk menanam.
Menurut Tani dengan kondisi sulit saat ini seperti mendapatkan air dan pupuk, membuat produksi menjadi rendah dan bertani padi kurang menguntungkan.
“Wajar petani di kawasan sekitar Jakarta tergoda menjual lahannya daripada bertani menuai kerugian,” kata Tani.
Ketua Kelompok Tani Serang Jaya, Desa Setiya Jaya, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat Munih menyebut perlunya kehadiran koperasi produsen padi.
Ia menuturkan hal itu bertujuan supaya kegiatan penyaluran sarana, pengelolaan alat, dan mesin bantuan pemerintah serta pembelian hasil dapat dikoordinir oleh koperasi.
“Sehingga nilai tambah dapat dikembalikan kepada petani,” ujar Munih. Pasalnya selama ini petani menjual gabah lalu membeli beras dengan harga yang cukup tinggi. Menurut Munih jika ada koperasi petani bisa mendapatkan beras dari lahan sendiri dengan harga terjangkau.