Jamur Kuping Baru
Strain baru jamur kuping berproduktivitas tinggi, 662 gram, lazimnya 400 gram per baglog.
Sebuah baglog berbobot 1,5 kg menghasilkan rata-rata 653,18—662,87 gram jamur. Artinya biological effective ratio (BER) mencapai 44%. Menurut peneliti di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Ir Diny Djuariah produktivitas sebanyak itu selama 3—4 bulan masa budidaya. Menurut Dini rata-rata produksi jamur kuping hanya 400 gram per baglog atau BER 26%. Jamur kuping tinggi produksi itu adalah varietas baru bernama nawangsari.
Diny menguji coba 200 baglog di kumbung seluas 64 m² milik Balitsa. Produktivitas memang beragam, yakni tertinggi 662 gram dan terendah 653 gram per baglog. Menurut Diny strain tetua nawangsari jamur introduksi dari Belanda yang semula kurang berkembang di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Balitsa mengoleksi hingga 11 strain jamur kuping dari berbagai negara seperti Belanda, Jepang, dan Tiongkok.
Menguntungkan
Para periset di Balai Penelitian Tanaman Sayuran melakukan berbagai pengujian dengan seleksi sejak 2004. Hasil penelitian itu melahirkan strain jamur nawangsari. Pemerintah merilis nawangsari sebagai jamur unggul pada Maret 2013. Menurut ahli jamur di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, NS Adiyuwono, jamur kuping dengan hasil rata-rata 600 gram per baglog cukup tinggi.
“Hasil mencapai 75% dari bobot log sudah bagus,” katanya. Adiyuwono mengatakan petani meminati jamur yang genjah atau cepat panen. “Rata-rata panen perdana 35—40 hari, selang 2 minggu untuk panen kedua,” kata Adiyuwono. Nawangsari panen perdana pada 35 hari pascainokulasi. Meskipun jamur bisa sampai 3—5 kali panen, petani memperoleh kualitas terbaik pada panen ke-1 dan ke-2.
Adiyowono mengatakan, “Hasil panen perdana yang baik rata-rata harus di atas 35—37% dari total panen. Sebab, panen ke-3 dan ke-4 jumlahnya menurun, hanya 30—25% dari total panen hingga 5%.” Menurut Diny karakteristik jamur kuping berbeda dengan jamur tiram, yakni menghendaki suhu relatif panas dan tidak terlalu lembap. “Rata-rata suhu harian 27°C dan kelembapan sekitar 80% cocok untuk pertumbuhan jamur kuping,” kata Diny.
“Jika kelembapan terlalu tinggi menyebabkan jamur mudah busuk,” kata Diny. Kota Yogyakarta, Surakarta, dan Malang cocok untuk budidaya jamur kuping. Selama ini jamur kuping kurang berkembang di sentra jamur Jawa Barat yang rata-rata membudidayakan tiram di dataran tinggi seperti Ciwidey dan Cisarua, Lembang. Petani jamur kuping harus memperhatikan ketersedian air untuk budidaya.
Menurut Diny irigasi pada budidaya jamur kuping dengan cara diguyur, sehingga harus diperhatikan kekuatan baglog. Alumnus Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Bandung Raya itu menyarankan penambahan gipsum 3% pada baglog. “Penambahan gipsum menjadikan baglog lebih kokoh,” kata Diny.
Sejatinya membudidayakan jamur kuping memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan itu antara lain petani bisa mengeringkan jamur kuping sehingga awet hingga setengah tahun tanpa menurunkan kualitas. Harga jual jamur kuping relatif tinggi daripada tiram. “Harga jual rata-rata mencapai Rp100.000 per kg kering, dan harga basah Rp12.000—Rp13.000 per kg,” kata Diny. Adiyuwono mengatakan hal serupa. Harga tinggi itu karena barang yang relatif lebih sedikit tersedia di pasaran.
Permintaan tinggi
Menurut Adiyuwono permintaan jamur kuping juga tinggi. Masyarakat membutuhkan jamur kuping untuk obat dan konsumsi. “Jamur kuping yang berukuran mungil, berwarna merah hingga hitam kerap digunakan sebagai obat. Adapun yang cokelat besar rata-rata sebagai produk konsumsi,” kata Adiyuwono. Kebanyakan petani di dalam negeri lebih senang membudidayakan jamur berukuran besar untuk konsumsi.
Menurut petani sekaligus penjual bibit jamur di Sindangbarang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Debora Herlina, jamur kuping komoditas berharga tinggi. Namun, belum sepopuler jamur tiram. “Peminat jamur kuping kebanyakan datang dari daerah Jawa Tengah,” kata Herlina. Menurut Debora jika komoditas produk memiliki keunggulan cepat panen, hasil tinggi, tahan serangan hama penyakit, dan mudah penjualannya maka petani segera mengadopsi produk itu.
Jamur kuping nawangsari memenuhi syarat itu. “Jika produknya bagus, sesuai dengan apa yang dikehendaki petani dan pasar tentu menjadi pilihan untuk dibudidayakan,” katanya. Menurut Diny bibit nawangsari kini tersedia di Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Permintaan bibit nawangsari datang dari berbagai kota seperti Majalengka, Sleman, Yogyakarta dan Malang Harga bibit mencapai Rp20.000 per botol isi 250 gram. (Muhamad Fajar Ramadhan)