Trubus.id — Lazimnya, dokter akan melakukan cuci darah kepada pasien untuk mengatasi gagal ginjal. Namun, seringkali karena keterbatasan biaya operasi, pasien enggan melakukannya. Meskipun begitu, penderita gagal ginjal bisa mengupayakan alternatif lain agar sembuh, salah satunya dengan konsumsi herbal dan kefir.
Anda juga bisa mengombinasikannya dengan terapi bekam setiap 4 hari selama 3 bulan. Bekam merupakan pengobatan dengan cara mengeluarkan darah yang mengandung toksin dari dalam tubuh manusia.
Selanjutnya, konsumsi rebusan herbal, yakni akar alang-alang, kumis kucing, daun ceri, daun sirsak, dan daun belimbing wuluh. Kurang lebih segenggam masing-masing herbal itu direbus dengan 3 gelas air hingga mendidih. Konsumsi herbal setelah makan.
Tanpa harus meninggalkan konsumsi herbal, penderita gagal ginjal perlu mengombinasikan dengan konsumsi kefir. Frekuensi konsumsi 3 kali sehari. Kefir harus dikonsumsi sebelum makan atau ketika perut kosong agar tubuh menyerap lebih optimal.
Kefir membantu mengatasi gagal ginjal. Di dalam tubuh manusia, khususnya di saluran pencernaan dibutuhkan bakteri Oxalobacter formigenes untuk dapat menurunkan konsentrasi oksalat dalam saluran kencing.
Bakteri itu didapatkan melalui konsumsi makanan dan minuman yang mengandung probiotik, salah satunya adalah kefir. Bakteri gram negatif itu termasuk bakteri asam laktat yang dihasilkan dari fermentasi susu menggunakan kefir.
Ketika dikonsumsi, bakteri akan berdiam di saluran cerna. Mereka bekerja mengatur keasaman dan menyeimbangkan konsentrasi kalsium, oksalat, dan asam urat. Bersamaan dengan kandungan whey kefir yang merupakan cairan elektrolit, kalsium dan oksalat akan lebih mudah dikeluarkan bersamaan dengan keluarnya urine.
Dalam jurnal Kefir and Health: A Contemporary Perspective menyebutkan, kefir memiliki sifat antikarsinogenik, antibakteri, antiinflamasi, dan antialergi. Penelitian Guven dan Gulmez pada 2003 menunjukkan kefir lebih baik menghalau senyawa karbon tetraklorida (CCl4) dibanding vitamin E.
Karbon tetraklorida adalah senyawa berbahaya bagi tubuh manusia karena dapat merusak saraf pusat, hati, dan ginjal, bahkan pemicu kanker pada hewan.