
Lulus kuliah di Jurusan Agroteknologi Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Padjadjaran, pada awal 2015, Raden Nanda Teguh Perkasa tak lekas membuat surat lamaran kerja. Pasalnya, pria 22 tahun itu memiliki usaha sendiri, yaitu menjual terarium. Terarium adalah model atau cara menanam tanaman hias di dalam wadah tembus pandang dan ditata sehingga tampak seperti taman yang menawan.
Ia menjual terarium ke berbagai kota di tanahair dengan harga bervariasi, mulai dari Rp40.000—Rp800.000 per buah. “Harga produk tergantung ukuran dan bahan,” katanya. Omzet Nanda hasil penjualan terarium rata-rata Rp10-juta per bulan. Saat ini kapasitas produksi Nanda masih terbatas. Dalam satu bulan Nanda hanya mampu memproduksi 100 terarium kecil berdiameter 8 cm, 10—20 buah terarium sedang 15 cm), 5—10 ukuran besar (30 cm), dan 2 set vertikultur.
Membina petaniNanda mengatakan, “Saya ingin terus mengembangkan bisnis menjadi lebih baik lagi.” Salah satunya dengan mengupayakan gerainya yang bernama a little of Gardenia menjadi perusahaan berbadan hukum dan menjadi merek. “Rencananya akan terealisasi akhir tahun ini,” ujar Nanda. Strategi lain meningkatkan promosi lewat media daring atau online. “Promosi lewat sosial media adalah promosi yang efektif dan efesien karena rendah modal,” kata Nanda.

Untuk penjualan langsung, ia kerap mengikuti bazar dan pameran. “Pembelinya kelas menengah ke atas, pameran yang diikuti minimal tingkat nasional,” ujar anak ke-2 dari 3 bersaudara itu. Nanda juga memanfaatkan momen-momen tertentu untuk mendongkrak penjualan. Contohnya saat wisuda dan hari-hari besar, seperti hari Idul Fitri dan hari ulang tahun kemerdekaan.
Ia juga kerap menerima pesanan terarium sebagai cendera mata pernikahan. “Minimal pemesanan 500 buah. Desainnya eksklusif dan berbeda-beda untuk setiap acara,” kata pria kelahiran 27 September 1993 itu. Peraih penghargaan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Barat sebagai wirausaha pemuda berprestasi dalam bidang pertanian pada Agustus 2015 itu mendesain sendiri terarium pesanan pelanggannya. Harap mafhum ia memang menjalankan usahanya berdua, satu orang lain menangani bagian keuangan.
Untuk terarium kecil, biasanya ia hanya meletakkan 1—2 tanaman dengan beragam ornamen seperti batu. Adapun terarium sedang terdiri atas 3 tanaman; besar, 5 tanaman. Ia memilih beragam tanaman mungil warna-warni seperti echeveria, kaktus, lithops, opuntia, dan cryptanthus untuk mengisi terarium.
Tanaman-tanaman hias itu hasil budidaya para petani binaan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Menurut Nanda salah satu kendala yang dihadapi adalah masalah pengiriman, terutama untuk pelanggan di luar pulau. “Kadang khawatir barang rusak saat pengiriman. Jika pengiriman dalam pulau kerusakan akibat pengiriman bisa diminimalisir,” kata Nanda. Untuk mengatasi masalah itu Nanda berencana membuka cabang di berbagai kota di luar pulau.

Salurkan hobi Nanda menekuni bisnis terarium pada akhir 2011. Ketika itu tercetuslah ide untuk membangun kebun kaktus. Namun, karena tidak terlalu menyukai kegiatan berkebun, Nanda lebih memilih bergerak di bidang agribisnis hilir, yakni mendesain terarium. “Saya hobi desain. Saya lebih suka memproduksi terarium sekaligus
menyalurkan hobi,” kata salah satu dari 10 pebisnis pemula terbaik dari PT Shell Indonesia itu.
Pada Februari 2013 Nanda mendirikan gerai bernama a little of Gardenia. Meski sudah mendirikan gerai, tapi bisnisnya belum berkembang pada bulan-bulan pertama. Nanda menduga bisnisnya mandek karena belum profesional dalam mengelola keuangan. Contohnya, ia tidak pernah menghitung pengeluaran dan pemasukan. Karena masih minim pengalaman berwirausaha, ia rugi Rp500.000.

Namun, pria asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu bergeming dan terus menjalankan usaha. Pada 2012 Nanda bertemu Kepala Bidang Florikultur pada acara Agronomi Fair 2012. Pada acara itulah ia bertemu sesama pebisnis dan mendapat pencerahan untuk memulai bisnis terarium. Nanda berharap pada masa depan setiap rumah di tanahair memiliki satu produk tanaman hias berlabel a little of Gardenia—merek yang digagasnya.
Ia terinspirasi Steve Job, pendiri Apple Inc, yang produknya tersebar hampir di seluruh dunia. Padahal, dahulu produk itu adalah barang tersier. “Dengan doa dan kerja keras, insya Allah segalanya akan mungkin diraih,” kata Nanda yang merintis wirausaha sejak masih kuliah. Di balik kaca, Nanda membangun taman mungil pesanan para
pelanggan. Dari sanalah wirausaha muda itu menangguk laba. (Muhamad Fajar Ramadhan)