Wednesday, January 22, 2025

Sentra Baru Bawang Merah

Rekomendasi
- Advertisement -
Luas areal tanam bawang merah di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mencapai 1.211 hektare.
Luas areal tanam bawang merah di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mencapai 1.211 hektare.

Kabupaten Bojonegoro menjadi sentra baru bawang merah di Provinsi Jawa Timur.

Saat musim kemarau, Suparman berganti profesi. Petani padi di Desa Pajeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, itu meninggalkan sawah. Ia merantau ke kota untuk berdagang atau menjadi buruh paruh waktu. Harap mafhum, saat kemarau ia tak bisa menanam padi di sawah. Air tidak cukup untuk mengairi sawah.

Ia lebih memilih menyewakan lahan seluas 5.000 m2 itu kepada para pekebun bawang merah asal Kabupaten Nganjuk yang berbatasan dengan desanya. Namun, sejak 2004 Suparman tak mau lagi hijrah ke kota. Ia juga enggan menyewakan lahannya untuk para pekebun bawang merah. “Setelah saya amati ternyata penghasilan para penyewa lahan dari Nganjuk sangat besar dari hasil panen bawang merah,” ujarnya.

Camat Gondang, Ir Heri Widodo MSi (kedua dari kanan), kini fokus mengembangkan bawang merah sebagai komoditas unggulan.
Camat Gondang, Ir Heri Widodo MSi (kedua dari kanan), kini fokus mengembangkan bawang merah sebagai komoditas unggulan.

Lebih untung
Sejak itu ia mengelola sendiri lahan miliknya dengan menanam bawang merah. Suparman mengebunkan dua jenis varietas bawang merah, yakni bauji dan thailand. Ia menanam kedua varietas itu tergantung musim. Pada musim hujan, yaitu pada Desember, Suparman menanam bawang merah varietas bauji. “Varietas bauji lebih tahan penyakit fusarium yang biasanya menyerang saat musim hujan,” katanya.

Dari lahan 5.000 m2 pria murah senyum itu memanen 5—6 ton umbi bawang merah kering. Produktivitas bauji rata-rata 10—11 ton per ha. Dari jumlah itu ia menyisihkan 500 kg umbi untuk benih. Pada musim hujan biasanya harga bawang merah Allium cepa (Cepa dalam bahasa Latin berarti bawang) relatif mahal. “Harga di tingkat pekebun bisa mencapai Rp18.000—Rp20.000 per kg,” tutur ayah 2 anak itu.

Menurut Kepala Desa Pajeng, Deddy Kristanto, harga bawang merah pada musim hujan lebih mahal karena produksi bawang merah rendah akibat tanaman rentan terkena serangan penyakit. Selain itu beberapa pekebun yang lahannya terbatas dan tidak memiliki modal untuk menyewa lahan di tempat lain biasanya beralih menanam padi untuk memutus siklus hama dan penyakit.

“Jadi saat musim hujan pasokan bawang merah berkurang,” ujarnya. Sementara pada akhir musim hujan dan memasuki kemarau, yaitu pada Juni, Suparman menanam bawang merah varietas thailand. Ia memilih varietas itu karena lebih tahan terhadap kekurangan air dan relatif tahan serangan hama ulat grayak saat kemarau. Dari lahan 5.000 m2 ia memanen 12,5—15 ton umbi bawang merah kering.

Produktivitas varietas Thailand memang tinggi, yakni mencapai 25—30 ton umbi kering per hektar. Karena jumlah produksi pada kemarau relatif lebih tinggi, maka harga jual bawang merah biasanya tak setinggi saat musim hujan. Pada pertengahan September 2015 harga jual bawang merah Rp7.000 per kg. Menurut Suparman harga jual itu masih menguntungkan bagi pekebun.

“Harga minimal yang masih bisa diterima pekebun Rp5.000 per kg,” ujarnya. Suparman mengatakan pendapatan dari berkebun bawang merah lebih tinggi daripada menanam padi.

Dengan harga jual gabah Rp4.500 per kg Suparman hanya meraup untung Rp1.500 per kg. Sayangnya tingkat harga jual itu jarang sekali terjadi. Bandingkan dengan berkebun bawang merah, labanya Rp2.000 per kg meski harga jual sedang murah.

Bawang merah kini menjadi komoditas andalan baru Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Bawang merah kini menjadi komoditas andalan baru Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Benih sendiri
Menurut Deddy bawang sebetulnya bukan komoditas baru bagi warga Desa Pajeng. “Pada 1990-an sudah ada yang berkebun bawang merah, tapi jumlahnya masih sedikit,” katanya. Harap mafhum, meski menjanjikan keuntungan lebih tinggi, untuk menanam bawang merah perlu modal relatif lebih besar ketimbang menanam padi. Contohnya biaya untuk membeli benih.

Untuk sehektar lahan perlu 1 ton benih. Dengan harga Rp25.000 per kg, maka untuk membeli benih perlu Rp25-juta. Belum lagi biaya tambahan lain seperti pupuk dan biaya tenaga kerja. Deddy menuturkan baru pada 2004 warga Desa Pajeng ramai berkebun bawang merah. “Setelah melihat para pekebun asal Nganjuk yang menyewa lahan di Desa Pajeng ternyata kaya-kaya, banyak warga tertarik beralih menanam bawang merah,” kata Deddy.

Beberapa pekebun lantas bergabung membentuk kelompok tani. Namun, ketika itu para pekebun masih mengandalkan pasokan benih dari para pekebun asal Nganjuk. Akibatnya, pekebun di Desa Pajeng sering kali kesulitan jika pasokan benih di sana terbatas sehingga harga benih terkadang tak terkendali. “Harga benih pernah mencapai Rp80.000 per kg,” kata Deddy.

Dengan harga itu, maka biaya produksi untuk membeli benih saja bisa mencapai Rp80-juta. Baru pada 2012 para pekebun di Desa Pajeng mulai memproduksi benih sendiri. Mereka menyisihkan beberapa tanaman untuk menjadi sumber benih. Benih biasanya siap tanam dua bulan sejak panen. Dengan memproduksi benih sendiri maka budidaya bawang merah semakin efisien sehingga meningkatkan laba pekebun.

Suparman, beralih menanam bawang merah karena lebih menguntungkan.
Suparman, beralih menanam bawang merah karena lebih menguntungkan.

Membangun embung
Menurut Camat Gondang, Ir Heri Widodo MSi, luas areal tanam bawang merah di Kecamatan Gondang terus bertambah. Kini luas areal tanam bawang merah di sana mencapai 500 ha yang tersebar di lima desa, yaitu Desa Pajeng, Senganten, Krondonan, Pragelan, dan Jari. “Dengan bertambahnya luas areal tanam, pemerintah memfasilitasi kebutuhan pekebun untuk mengatasi kendala dalam pengembangan bawang merah,” kata Heri.

Salah satunya pembuatan gudang-gudang untuk menunda penjualan saat harga bawang terjun bebas. “Nantinya juga ada pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng,” tambahnya. Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bojonegoro, Eryan Dewi Fatmawati ME MSE Ak, menuturkan sentra bawang merah lain di Kabupaten Bojonegoro adalah Kecamatan Kedungadem dan Sekar.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro pada 2014 luas areal tanam bawang merah di Kabupaten Bojonegoro mencapai 1.211 ha. Dengan luas areal tanam itu kini Kabupaten Bojonegoro menjadi pesaing Kabupaten Nganjuk sebagai sentra produksi bawang merah. “Kini para tengkulak dari Nganjuk pun berdatangan ke Bojonegoro,” ujar Dedy.

Untuk mendukung pengembangan bawang merah, Bupati Bojonegoro, Drs Suyoto MSi, membangun embung sebagai cadangan air saat kemarau. Salah satunya di Kecamatan Gondang. “Warga juga bisa memanfaatkannya untuk memelihara ikan agar asupan gizi masyarakat meningkat,” kata Suyoto. Dengan upaya itu diharapkan bawang merah dapat menjadi komoditas andalan Bojonegoro. (Imam Wiguna/Peliput: Argohartono Arie Raharjo)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Pekebun Ungkap Peluang dan Tantangan Ekspor Durian, dari Kebun ke Pasar Global

Trubus.id–Pasar besar ekspor durian menjadi peluang bagi para petani. Menurut Ni Kadek Puspayani, harga jual durian ekspor bisa 3...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img