Trubus.id — Lazimnya, petani memanen padi rata-rata hanya dua kali setahun. Namun, Heru Sutanto, petani padi di Desa Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, Kota Surabaya, Jawa Timur, mampu memanen padi empat kali dalam setahun. Padahal, sawah Heru merupakan lahan tadah hujan. Apa rahasianya?
Heru berhasil mengubah lahan tadah hujan menjadi sawah melalui pompa air untuk pengairan. Selain itu, ia menerapkan sistem indeks pertanaman (IP) 400. Program pola tanam padi IP400 merupakan upaya peningkatan produksi padi untuk menjamin ketersediaan beras nasional.
Heru menanam padi varietas Inpari 32 yang tahan penyakit hawar daun bakteri dan blas. Selain itu, Inpari 32 juga tahan kering dan genjah. Harap mafhum, varietas itu panen pada umur 85–90 hari setelah tanam. Kunci sukses agar potensi panen maksimal yakni dengan cara menanam 3–4 benih setiap satu lubang tanam.
Heru merawat tanaman dan melakukan pemupukan yang tepat sesuai anjuran pemerintah. Ia memanen 9 ton gabah kering per hektare. Setelah panen, Heru langsung mengolah tanah. Ia tidak memberikan kesempatan bagi hama penganggu seperti tikus. Musababnya, Heru membalik jerami lalu memberikan mikrob pengurai hingga terjadi pembusukan yang dapat menghasilkan unsur hara.
Feby Cahayaningrum, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Rogojampi, Dinas Pertanian dan Pangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjelaskan, program IP400 bertujuan mengubah kondisi sosial dan peradaban pertanian dari yang tradisional menjadi superintensif dengan pemanfaatan teknologi dan penguatan kelembagaan petani.
Sistem IP400 sekaligus menerapkan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dan pengendalian hama terpadu (PHT) karena pengendalian memanfaatkan agen hayati yang terjadwal.
“Program IP400 diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman, peningkatan produksi, dan swasembada pangan yang tentu berujung kesejahteraan petani,” kata perempuan kelahiran Surabaya, Jawa Timur, itu.
Terbukti, terdapat peningkatan sekitar 10–20% panen per musim tanam. Peningkatan hasil panen dengan menggunakan sistem tanam IP400 di Rogojampi, Bayuwangi yaitu musim tanam (MT) I mencapai 6,75 ton per hektare, MT II (7,35 ton per hektare), dan MT III (8,1 ton per hektare).