Eksplorasi ke situs sejarah menemukan durian unggul.
Taman Narmada, peninggalan kerajaan Bali yang pernah berkuasa di Pulau Lombok, masih menyimpan beragam durian lezat. Itulah temuan Ketua Yayasan Durian Indonesia, Dr Mohamad Reza Tirtawinata, dan Endang Supriatna, yang kembali mengunjungi situs bersejarah pada 27 Maret 2015. Narmada merupakan taman tempat peristirahatan raja dan anggota keluarga untuk menikmati suasana alam.
Di bagian belakang taman terdapat lahan yang berisi puluhan tanaman durian di antaranya durian jenis tong medaye yang menjadi jenis unggul nasional. Menurut Reza Tirtawinata, umur pohon dalam taman itu mencapai 200 tahun. Sama usianya dengan saat awal pembangunan taman untuk raja itu. “Salah satu penandanya adalah diameter batang yang perlu 4 dekapan orang dewasa untuk bisa mengelilinginya,” ujar doktor Pertanian alumnus Institut Pertanian Bogor itu.
Citarasa unik
Kondisi Narmada sangat hijau karena tanahnya subur dan ditumbuhi bermacam tanaman. Harap mafhum ketika ada upeti dari rakyat berupa buah berkualitas unggul, maka bijinya akan segera ditanam dalam kebun kerajaan. Endang Supriatna menuturkan pada 1975 terdapat durian unggulan yang induknya berasal dari taman kerajaan itu bernama durian lancung. “Bentuknya bulat, daging tebal berwarna kuning kecokelatan, bertekstur halus dan kering, serta rasanya manis,” kata Endang.
Namun, pada tahun 1980-an, durian itu menghilang karena pohon induk terpotong berat saat renovasi taman Narmada. Kondisi pohon durian lancung kini mulai sehat dan berbuah lagi. “Anakannya pun sudah besar dan berbuah,” ujar Endang Supriatna yang berprofesi guru di Mataram, Nusa Tenggara Barat itu. Usai mengunjungi Taman Narmada, Endang menunjukkan sebuah tempat di lembah Tanak Tepong, tempat tumbuh pohon durian unik.
Saat lidah mencecap daging buahnya, terselip rasa melati di antara rasa manisnya. Tidak salah jika durian itu dinamai si melati. Reza kagum dengan keistimewaan rasa semacam itu. “After taste-nya seperti menikmati teh melati. Luar biasa!” kata Reza. Daging buahnya berwarna putih, daging tebal, rasa dominan manis, dan tidak pahit. Tinggi si melati 30 meter dan bercabang banyak. Peneliti durian yang hobi bermain musik itu mengatakan pohon durian yang bercabang banyak hanya terdapat di daerah yang sangat subur.
Ia mengaitkan ketersediaan unsur hara dengan keberadaan pemakaman di bukit di atas lembah tempat tumbuh si melati. Dugaannya, nutrisi berasal dari bekas jasad yang terurai dan saat hujan terbawa air ke bawah. “Posisi tumbuh pohon indukan si melati memang sangat menguntungkan. Perakaran banyak dan tersebar jauh sampai ke sumber air di sungai di bawah lembah, sedangkan nutrisi tercukupi dari atas” ujar Reza.
Sentra lain
Endang Supriatna dan Reza juga menyambangi Aik Nyet, dalam bahasa Sasak berarti air dingin. Letaknya di tengah hutan lindung Sesaot, Narmada. Jarak tempuh kurang lebih 20 km dari taman wisata Narmada atau satu jam perjalanan bermobil dari Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perjalanan menggunakan kendaraan hanya sampai tepi hutan lindung, selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan berbatu dan menyeberangi sungai.
Di sana kedua penjelajah itu menemukan pohon durian berumur lebih dari 150 tahun. Baru juga mengamati sosok pohon, Reza benar-benar mendapat durian runtuh. Tiba-tiba buah durian jatuh tidak jauh dari tempatnya berdiri. Buahnya bulat dan sebesar bola voli dan sulit dibuka. Setelah terbuka, tampaklah buah durian berwarna kuning dan teksturnya halus.
Daging buah tebal dan berpongge tunggal kempis di setiap ruangnya.
“Keistimewaannya pada rasanya yang manis sedikit pahit dan lengket di lidah, seperti makan ketan. Sesuai dengan julukannya yaitu si reket atau dalam bahasa Indonesia berarti ketan,” ujar Endang Supriatna. Reza sepakat dengan penilaian itu dan memberi nilai 8,5 jika durian itu diikutkan dalam sebuah kontes. Tinggi pohon si reket sekitar 25 meter dan berdiameter batang 3 pelukan orang dewasa.
Keberadaan pohon itu selama ini terabaikan dari perhatian masyarakat. Penduduk yang melintas saat mencari rumput atau peladanglah yang biasa membawa pulang durian istimewa itu saat jatuh dari pohon. Lokasi pohon yang relatif sulit dicapai oleh masyarakat luar menyebabkannya terlindung dari gangguan tangan manusia. “Kekayaan hayati lokal semacam pohon induk ini jangan sampai mengalami eksploitasi yang berlebihan atau dimanfaatkan oleh perseorangan,” ujar Reza Tirtawinata.
Kaya durian
Perjalanan pada hari kedua mengarah ke wilayah Gunung Sari, Lombok Barat. Jaraknya 4 km dari kota Mataram. Daerahnya berbukit sehingga kendaraan bermotor tidak dapat mencapai lokasi. Mobil hanya dapat mengantar sampai batas jalan desa terdekat, sekitar 500 meter dari tujuan. Jalan yang dilalui cukup menanjak sehingga beberapa kali kelompok kecil itu menghentikan perjalanan sekadar untuk melepas lelah.
Setelah berjalan kaki kurang lebih 20 menit, sampailah pada sebuah tanah datar yang luas dan tumbuh belasan pohon durian berukuran raksasa. Karakteristik pohon durian di dataran seluas sekitar 3 hektar itu memiliki kesamaan dengan pohon di Taman Narmada. Cerita yang berkembang di masyarakat menyebutkan bahwa tempat itu adalah lahan berburu raja Bali.
Raja membawa buah durian dari kebun Narmada untuk bekal berburu dan bijinya ditanam di tempat itu. Tinggi pohon sekitar 50 meter dan berdiameter 4 pelukan orang dewasa. Buahnya terlihat kecil dan banyak tergantung di ketinggian. “Sayang sekali saat itu tidak ada durian yang jatuh sehingga belum sempat menikmati rasanya sebelum kembali ke Jakarta,” ujar Reza.
Dari penelusuran di Lombok itu, Reza Tirtawinata memberikan penilaian tertinggi pada durian reket. “Buah yang jatuh dan kondisinya belum maksimal saja sudah memiliki rasa yang demikian istimewa, apalagi saat buah betul-betul masak dan kondisinya prima,”ujar Reza. Adapun penampilan durian melati masih kalah dengan reket.
Setiap musim panen durian, Endang Supriatna selalu menyempatkan menggali cerita dari pengepul dan penjual sang raja buah di Lombok untuk mencari daerah asal buah berkualitas tinggi. Dari kegemarannya menelusuri jejak durian baru itu terungkap potensi durian di Lombok yang belum tergali. “Indonesia memiliki jenis durian yang sangat banyak. Yang kualitas bagus banyak,“ kata Reza. (Muhammad Hernawan Nugroho)