Koi berdarah ratu mawar—rose queen—itu berukuran jumbo hampir mencapai 80 cm. Padahal usianya terbilang muda, 3,5 tahun. Sosok ekstra jumbo dengan paduan warna menarik yang membuat juri memilihnya sebagai grand champion.
Corak kohaku ratu mawar itu tampak simetris dengan polesan merah cerah. Keistimewaan serupa juga ditunjukkan oleh runner up grand champion, kohaku milik Rudi Susilo. Di umur sama, ukuran dan corak nyaris bak pinang dibelah dua. Maklum kedua kohaku itu saudara selubuk tangkaran Sakai Fish Farm.
Ikan yang ditangkarkan di lembah pegunungan Hiroshima, Jepang, itu jadi rebutan hobiis koi dunia. Setidaknya hingga sekarang ada 3—4 turunan rose queen meraih gelar champion di even-even besar di negeri Matahari Terbit. Padahal rose queen tertua baru berumur 6 tahun dari induk betina bernama sakura. “Indukannya terkenal pada era 90-an,” ucap Winarso.
Menurut Winarso , kelebihan rose queen ada pada sosok tubuh. Ia lebih besar dan panjang dibanding koi dari turunan lain. Saat berumur 3,5 tahun ukurannya mencapai 75 cm. Koi lain untuk mencapai ukuran itu memerlukan waktu 5 tahun. Bahkan pada usia sangat muda alias baru 2,5 tahun berukuran hampir 70 cm.
Pada umur 1,5 tahun tubuh kohaku turunan ratu mawar sudah proporsional dan seimbang. Ia tampak tidak terlalu kurus dan perut tidak gendut. Mulut agak lancip. Corak hi alias merah lebih cerah dan solid. Tekstur warna dasar putih, seperti susu atau salju.Itu membuatnya mudah dirawat karena lebih tahan dengan perubahan air. “Jenis ini bandel, warna tak gampang rusak,” ucap kelahiran Jakarta 40 tahun silam itu.
Selain ratu mawar ada beberapa induk koi yang mewariskan sifat-sifat unggul pada keturunannya. Di antaranya benihanako dan tukituke rose.
Benihanako
Benihanako diambil dari benibana dan fujiko, 2 indukan betina yang juga terkenal karena kerap menyabet juara. Setidaknya benibana telah menyabet 4 kali champion di negeri Matahari Terbit itu.
Koi itu ditangkarkan 3 tahun silam dengan anakan tertua baru berumur 2,5 tahun. Kendati berumur muda sudah muncul keistimewaan yang tak ditemukan pada koi lain. Ia mempunyai warna dasar putih diselimuti mutiaramutiara halus. Warna merahnya lebih magenta.
Anakan benihanako banyak bercorak bagus. Ia sering menjadi pusat perhatian pemburu koi yang langsung datang ke Jepang. Hobiis banyak menilai koi keturunan benihanako sebagai tategoi atau koi masa depan. Butuh perawatan ekstra dibanding rose queen. Itu dilakukan terutama agar sisik-sisik bertaburan mutiara halus tetap mulus. Sayang, ia belum ada di Indonesia.
Tukituke rose
Tak hanya rose queen yang diturunkan sakura. Saudara tuanya itu dikenal sebagai tukituke rose. Ia sudah ditangkarkan 7 tahun silam. Salah satu turunannya pernah meraih grand champion di 34rd All Japan Nishikigoi Show. Ukuran tubuh tukituke rose mirip rose queen, sangat besar, meski baru berumur 1 tahun. Pada umur 3 tahun tubuhnya seperti koi dewasa. Bedanya mulut tukituke rose lebih besar.
Ciri khas lain warna merah lebih kuat. Garis antara merah dan putih alias kiwa tegas. Saking merahnya, ia satu-satunya koi yang tidak membutuhkan pakan pencerah warna. “Pigmen merahnya sangat kuat. Bila diberikan pencerah warna pun jangan lebih dari 10%,” ucap Winarso.
Langka
Ketiga koi itu masih jarang diperoleh di Indonesia. Sebab, sampai saat ini yang beredar di Indonesia adalah cucu-cucu atau malahan buyut, bukan anakan langsung mereka. Farm di Jepang tak mau menjual indukannya. Hobi memang kebanyakan memesan turunan ketiganya.
Menurut Wiwi, panggilan akrab Winarso, tiga garis keturunan koi itu punya peluang besar menjadi grand champion di banyak lomba. Sebab pendahulupendahulu mereka adalah 3 besar dari 50 garis keturunan yang banyak malangmelintang di dunia koi. Apalagi kohaku terbukti kerap menjadi grand champion. “Kohaku paling sering meraih jawara. Baru di bawahnya sanke dan showa. Peluangnya masing-masing 60:40:10,” ucap pengusaha di bidang kontraktor itu. (Destika Cahyana)